Diterima Sekjen MIUMI, Mantan Petinggi LDII Ungkap Kesesatan LDII

Jakarta (salam-online.com): Meski baru berdiri, Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) semakin dirasakan kehadirannya di tengah masyarakat. Banyak kalangan yang menaruh harapan besar kepada MIUMI agar memberikan solusi terhadap problematika umat Islam.

Itu pulalah yang mendorong beberapa mantan pengurus ‘Islam Jamaah’ (IJ) yang berganti ‘baju’ menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menyampaikan curhatan dan pengalamannya semasa aktif dalam kelompok ini ke MIUMI. Rabu (11/4/2012) para mantan Pengurus Pusat Islam Jamaah (IJ) yang bertopeng Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) membeberkan kesesatan LDII kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) MIUMI.

Mauluddin, mantan Wakil Imam Besar IJ (setingkat Wapres dalam struktur Republik LDII) menyatakan, IJ mirip Khawarij dan sangat berbahaya bagi akidah umat Islam. “Iya, sangat kental nuansa takfirnya. Jadi, selain anggota LDII, dianggap kafir,” ujarnya saat memberi keterangan di Kantor MIUMI, Jalan Tebet Timur Dalam VIII No. 44. Jakarta Selatan, Rabu (11/4/12).

Mauluddin mengungkapkan, alasan para mantan keluar dari IJ atau LDII di antaranya, mereka merasa aneh dengan  kewajiban mempelajari Islam lewat jalur riwayat (manqul) Haji Nurhasan Ubaidah sebagai Imam Besar IJ. Selain itu tidak dibenarkan.

 “Saya merasa aneh, ngajinya kenapa harus secara manqul dari Haji Nurhasan. Katanya (Nurhasan), jamaah ini (IJ) tidak fanatik dengan mazhab tertentu. Tidak mengambil pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Tapi, murni mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits. Kalau demikian, kenapa harus mempelajari Islam sesuai doktrin Haji Nurhasan saja,” paparnya.

“Mereka memang menggunakan Al-Qur’an dan Hadits dalam mengindoktrinasi anggota jamaah, tapi penafsirannya akan berbeda dengan penafsiran ulama pada umumnya, karena dipelesetkan sesuai kepentingan mereka (IJ),” tambah Adam Amrullah, salah seorang mantan LDII yang mengaku pernah menjadi ketua kepemudaan IJ.

Sikap radikal ala khawarij yang suka mengkafirkan orang di luar IJ tak hanya mengagetkan umat Islam, tapi juga dari kalangan internal yang sudah malang melintang  dalam dakwah LDII.

“Saya produk asli IJ. Ayah, ibu bahkan kakek nenek  saya semuanya IJ. Tapi saya justru ill fell (hilang rasa simpatik) dengan dakwahnya yang terlalu sombong, menganggap IJ-lah satu-satunya jamaah yang mengamalkan Al-Qur’an-Hadits dan dijamin ‘pasti’ masuk surga,” jelasnya kepada Sekjen MIUMI.

Kekuatan doktrin IJ tertumpu pada sandi 354 (galipat). Angka 3  berarti tiga butir, yang berarti Jamaah, Al-Qur’an dan Hadits. Artinya, Al-Qur’an dan Hadits harus diinterpretasikan sesuai penafsiran “Jamaah”.

Angka 5, artinya lima butir berisi sumpah setia (bai’at) kepada Sang Amir untuk mengaji, mengamal, membela, sambung jamaah dan taat pada  Amir (pimpinan).

Baca Juga

Angka 4, maknanya 4 butir pengikat iman yang terdiri dari syukur, mengagungkan, bersungguh-sungguh dan berdoa untuk Amir. 

Nah,  kewajiban jamaah untuk menyumbang sepuluh (10) persen dari penghasilan perbulannya masuk dalam bab membela Jamaah itu, plus infak untuk dainya. Semua kalau ditotal bisa sampai 20% dari penghasilan kita,” ungkap Imam, mantan Mubaligh LDII yang anak istrinya masih terperangkap dalam pusaran LDII.

Menanggapi pengaduan para mantan LDII ini, Sekjen MIUMI, Bachtiar Nasir tidak ragu menyatakan bahwa IJ sesat menyesatkan.

“Tidak ragu bagi kami bahwa LDII ini sesat. Karena itu kami sarankan kepada bapak-bapak yang sudah keluar dari LDII agar tetap solid dan segera mengambil langkah strategis untuk memberikan pencerahan kepada jamaah yang masih di LDII,” tutur Direktur Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL) ini.

Menurut mantan Gubernur Republik LDII Wilayah DKI Jakarta, Abdurrahim, untuk memuluskan dakwahnya  LDII tidak hanya berganti nama. Tapi juga mendirikan ormas berupa Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Persatuan Silat Nasional (Persinas) ASAD, Usaha Bersama (UB), Cinta Alam Indonesia (CAI), dan Sentra Komunikasi  (SENKOM).

Data serupa juga diamini oleh Adam Amrullah. “Organisasi-organisasi itu sengaja didirikan untuk mewadahi potensi internal dan menjerat orang-orang di luar IJ,“ ujar Adam yang dipaksa cerai oleh mertuanya karena dianggap murtad setelah keluar dari LDII.

Sebenarnya, ihwal ‘IJ’ yang sesat menyesatkan yang kemudian beberapa kali bermetamorfosa dan sekarang bertopeng LDII, bukanlah cerita baru. Hanya, sebagaimana Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, terlebih lagi di era sekarang, dibiarkan saja, tak lagi dipersoalkan. Padahal sudah jelas kesesatannya. Dulu di era orde baru, yang namanya ‘Islam Jamaah’ sempat dilarang, lalu mereka ganti ‘baju’–dan kini menjadi LDII. Sekarang, bahkan Wapres Boediono, Kamis (12/4/2012)  menutup rakernas LDII 2012, di Bogor. Pemerintah tak tahu atau tak mau tahu, sehingga  tak jua tanggap dengan desakan umat Islam supaya membubarkan aliran-aliran sesat ini, termasuk Ahamadiyah dan LDII. Tanya, kenapa?

Semoga melalui MIUMI, “duri-duri” umat ini dapat  segera disingkirkan, bersinergi dengan MUI, ormas-ormas Islam dan segenap komponen umat lainnya. (Masdar Helmi/MIUMI/salam).

Keterangan Foto: Mantan LDII diterima Sekjen MIUMI (atas) dan Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir, Lc (bawah)

Baca Juga