Penyerangan atas Warga Islam Solo dan Penyesatan Opini Publik!

SOLO (salam-online.com): Puluhan preman menyerang  dan melakukan pengeroyokan terhadap 2 anggota Laskar Umat Islam Solo (LUIS). Tak pelak jatuh 2 korban luka dari LUIS dan 1 warga yang turut  mendapat  serangan saat kejadian berlangsung.  Sumber lain menyebut  4 korban luka, di antaranya seorang warga setempat. Sebuah sepeda motor milik LUIS dibakar. Ada apa sebenarnya?

Peristiwa ini terjadi di kampung Kadirejo RT 01/01 Gandekan, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis sore (3/05/2012). Satu orang anggota laskar mengalami luka berat dan seorang lagi luka ringan.

Sayangnya, di tengah kesimpangsiuran, beberapa stasiun TV melaporkan tidak fair sehingga menjadi bias! Sebut misalnya sebuah stasiun TV  melaporkan bentrokan antarwarga dengan sebuah ormas. Padahal yang benar antara ormas dengan preman.

Diduga penyebab pengeroyokan dan penyerangan yang dilakukan oleh preman dipicu oleh rangkaian perseturuan sebelumnya, yang melibatkan antara laskar dengan kelompok preman pimpinan Iwan Walet. Kelompok laskar yang dikenal dengan Tim Hisbah Solo selama ini dikenal sangat aktif melakukan penyisiran terhadap kantong-kantong perjudian, mabuk-mabukan, dan aktivitas kemaksiatan di kota Solo.

Iwan Walet  disebut-sebut sebagai mantan anggota TNI yang dipecat secara tidak hormat karena terlibat dalam sejumlah kasus tindak pidana. Setelah dipecat dari TNI, Iwan  berbisnis sarang walet.

Pengeroyokan berawal saat dua orang anggota laskar, Agus Pamuji dan Sandinino, tengah mengendarai sepeda motor  di kampung Kadirejo. Keduanya mengendarai sepeda motor setelah menghadiri ta’ziah. Saat melintasi lokasi kejadian, sekawanan preman setempat ada yang mengenali 2 anggota laskar itu. Sejumlah preman itu pun langsung melakukan pengejaran dan penghadangan terhadap keduanya.

Karena kalah dalam jumlah massa, membuat Agus dan Sandi keteteran. Keduanya dikeroyok oleh kawanan preman yang bersenjatakan kayu, linggis, dan benda-benda tumpul keras lainnya. Beruntung, Sandi berhasil meloloskan diri dari serbuan puluhan preman, sehingga ia hanya mengalami luka ringan, robek kepala. Sementara Agus Pamuji, warga Sukoharjo, Jawa Tengah, babak belur dihajar preman anak buah Iwan Walet.

Massa preman juga membakar sebuah motor yang dikendarai korban. Polisi yang tiba di lokasi kejadian berhasil mengevakuasi kedua anggota laskar ke rumah sakit serta memadamkan sepeda motor milik Agus yang sudah dibakar massa preman.

Sandinino, warga Semanggi, 23 th, kemudian dilarikan ke IGD Rumah Sakit Islam Kustati, Pasarkliwon, Surakarta karena luka robek di kepala. Sementara Agus harus dibawa ke RSUD Moewardi.

Perhatikan jalan ceritanya seperti itu. Tetapi dalam laporan media massa, seperti media online dan khususnya stasiun TV hanya melaporkan peristiwa berikutnya, lalu menayangkan massa Islam yang tengah melakukan longmarch. Seperti diberitakan, pengeroyokan atas anggota laskar  itu memicu ribuan anggota laskar dan elemen umat Islam lainnya bersama-sama  melakukan longmarch sebagai bentuk solidaritas.  Jumat (4/5/2012) siang ribuan umat Islam yang ber-longmarch  itu menerima lemparan batu dan bom molotov dari para preman. Nah, konvoi massa Islam inilah yang dishoot dan ditayangkan oleh stasiun TV itu, yang seakan menyeramkan, menegangkan, dan sebagainya. Tapi anehnya, tindak kekerasan yang dilakukan oleh para preman–termasuk saat konvoi umat Islam yang dihujani bom molotov dan lemparan batu, tak diungkap dan tidak ditayangkan. Ini jurnalisme apa? Sebuah penyesatan opini publik!

Baca Juga

Sebelum ini, memang, Iwan—yang menurut ormas Islam di Solo disinyalir dibekingi oleh seorang petinggi di Kota Solo—dan gengnya sudah pernah bentrok dengan LUIS karena mereka merasa terganggu dengan aksi antikemaksiatan yang selama ini dilakukan.

Penyerangan dan aksi kekerasan terhadap umat Islam Solo oleh geng Iwan Walet, Kamis kemarin hanyalah puncak dari sebuah gunung es. Hanya, entah disengaja atau kebodohan—tapi apa iya tak tahu—reporter sebuah stasiun TV yang melaporkan kejadian tetap masih menyebut bentrokan antarwarga dengan ormas tertentu. Padahal jelas-jelas, LUIS yang beberapa anggotanya menjadi korban, kemudian meminta hukum ditegakkan, tapi karena merasa aparat tak bertindak, maka mereka mengadakan konvoi dan menyisir lokasi kelompok  Iwan—yang oleh stasiun TV dilaporkan seolah ormas tersebut tengah melakukan aksi yang menakutkan, teror, dan sebagainya.

Bahkan ketika konvoi ratusan massa Islam itu ditayangkan,  sang presenter (perempuan) dengan setengah menunjukkan raut wajah yang bergidik, seakan ingin mengatakan konvoi itu sebagai bentuk kekerasan, kebringasan dan teror. Tanpa melihat akar masalahnya, memang, kerap jurnalis bukan melaporkan apa adanya, tetapi justru menjadi tukang vonis.

Kini, dikabarkan Iwan Walet dengan seorang anak buahnya, Mardi, ditangkap polisi. Karena, “Satu-satunya solusi untuk kasus di Solo saat ini hanya satu. Iwan Walet harus diproses. Tindakan-tindakan premanisme yang dilakukan Iwan Walet selama ini sudah sangat meresahkan,” kata Choirul Rustam, pimpinan salah satu ormas Islam Solo.

Sebelum terjadinya kasus pengeroyokan puluhan preman terhadap beberapa anggota laskar Islam, Kamis (03/05/2012), Iwan Walet juga sudah terlibat bentrok dengan LUIS.

Aparat kepolisian juga sudah melakukan mediasi antara dua kelompok yang terlibat bentrok. Bahkan kedua kelompok sepakat melakukan damai di Kapolresta Surakarta.

Namun perdamaian yang telah disepakati justru dilanggar Iwan Walet dengan adanya kasus pengeroyokan puluhan preman anak buah Iwan Walet terhadap 2  anggota laskar Islam. Hingga Jumat sore (4/5/2012), menurut pihak kepolisian, situasi relatif sudah kondusif setelah hujan lebat mengguyur Kota Solo.

Dikabarkan Iwan Walet dengan seorang anak buahnya  ditangkap, bahkan keduanya–Iwan dan Mardi–ditetapkan sebagai tersangka dan  ditahan di Mapolresta Surakarta. Semoga ke sananya hukum dapat ditegakkan. Dan, jangan ada lagi pihak-pihak tertentu membekingi tempat maksiat! Media pun harus melaporkan dengan fair dan lebih melihat akar kejadian. Sebab, jika tidak, yang muncul adalah pemberitaan yang, lagi-lagi, penuh bias, insinuatif, tendensius dan menyesatkan!

Keterangan Foto (atas ke bawah): sepeda motor yang dibakar massa preman, pernyataan dari sebuah ormas Islam, Iwan Walet (baju merah), penyisiran laskar Islam di lokasi setelah kejadian (dok. muslimdaily)

Baca Juga