Rohingya, Kaum yang Terlupakan…

–Pangeran Koeboe–

Saudaraku

Berat nian cobaan yang datang menghampiri

Kemiskinan, keterbelakangan dan pemusnahan silih berganti mengisi hari-harimu

Gejolak politik, kebencian etnis dan permusuhan kini mulai kau jalani

Saudaraku

Kurasakan betapa berat deritamu

Terkapar

Berteriak

Menjerit

Namun tiada satu orang yang mau ambil tahu

Saudaraku

Aku di sini  pun bisa merasakan kebencian itu

Kebencian yang mengusik nurani dan menenggelamkan logika akal sehatku

Rohingya meledak

Ribuan kepala berpisah dari badan

Jutaan manusia kini ditelantarkan

Terusir dari tanah yang seharusnya menjadi tempat untuk berpijakan

Dan

 Kini tersiar kabar dari berbagai media 100 saudaraku telah menghadap-Nya.

Ratusan lainnya kini bagaikan menanti maut di ujung senja

…….

Kemarin

Pada tanggal 9 Juni 2012 kampung  Hazmia telah dibakar

Dan kemarinnya lagi

Pada tanggal 10 Juni 2012 kampung Walispara dan Saki para menjadi tempat pembantaian

Madrasah-madrasah dan masjid-masjid itu pun telah menjadi abu

Kini

Penghapusan etnis yang dimulai pada tahun 1982 itu mulai memasuki babak baru

…..

400.000 pelarian melarikan diri ke Bangladesh

60.000 mendarat di Thailand

40.000 lainnya berada di Malaysia

Ratusan ribu lainnya bercerai berai entah di mana?

 Aku di sini

di sini

dan di sini

hanya bisa terdiam dan membisu

…..

Rohingya

Terusir dan ditelantarkan dari tempat di mana seharusnya engkau berlabuh

Bertarung hidup di tengah terjangan gelombang dan kerasnya karang

Namun

Penolakan demi penolakan pun kini mulai kau dapati

Baca Juga

Sampai akhirnya tiada lagi tempat yang bisa kau singgahi

…..

Saudaraku

Burung-burung camar itu mulai meneteskan airmata atas deritamu

Bercerita mereka tentang perahu yang kalian tumpangi terseret ke lautan luas

Terseret terhempas laksana buih diterjang gelombang

Terseret dan terdampar kemudian terusir kembali menuju lautan

 

Aku

Aku di sini

Aku tak berdaya

Aku hanya bisa meneteskan air mata

Aku hanya bisa merangkai kata-kata

Dan aku hanya bisa berdoa

 

…..

 

Undang-Undang dan Operasi Nasaka pada tahun 1982 itu menyebabkan deritamu bagai tak berujung

Perampasan  rumah, tanah, hewan ternak, pemusnahan masjid kini menjadi cerita yang mengisi hari-harimu

Pembunuhan dan pemerkosaan kini kau dapatkan

Hanya

Pemurtadanlah satu-satunya jalan keluar bagi keselamatan

Rohingya

Terbuang dan tercampakkan di tanah sendiri

Terkapar, menjerit dan berteriak tanpa ada satu pun yang peduli

Di antara penghinaan dan ketakutan yang kau alami

Di antara jerit pilu bayi-bayi yang harusnya kau susui

Di antara laungan dan pekikan kematian yang setiap saat datang menghampiri

Dalam cengkraman angkara murka yang semakin menjadi-jadi

…..

Saudaraku…

Di tengah ketidakberdayaan yang ku miliki

Ku coba untuk merangkai kata-kata dalam forum yang biasa kami sebut Kompasiana ini

Walau dalam hati ku menyadari

Tulisan yang tertuang ini tak mungkin dapat mengobati derita yang kau alami

…..

Rohingya kaum yang terlupakan

Rohingya bertarung sendirian menghadapi berbagai cobaan

Rohingya kini mulai menatap masa depan dengan segala ketidakpastian

Selamatkan Rohingya

Selamatkan Mereka

Berdoa, berharap dan bertarung di tengah lautan

Diseret ke tengah lautan dengan kapal yang telah dilepas mesinnya

Penghinaan yang didapatkan di Thailand

…..

 

~ Salam ~

(Kompasiana, 30 Juni 2012)

Baca Juga