Untuk Penderitaan Ratusan Ribu Muslim Myanmar Saja Mereka Membisu, Apalagi Nyawa Seorang Ustadz Endin!

EDITORIAL (salam-online.com): Lagi, tak habis-habisnya, aliran sesat muncul dan berulah lagi, bahkan sampai membunuh seorang ustadz.

Adalah Ustadz Endin Zaenudin yang bermaksud mengajak kelompok aliran sesat Sumarna di wilayah Jampang Tengah, Sukabumi, agar kembali ke Jalan Islam, tapi malah disiksa dan dikubur hidup-hidup.

Sumarna & Budiman, dua pimpinan sekte sesat, Jampang Tengah, Sukabumi, Jabar

Hasil penyelidikan dan penyidikan Polres Sukabumi terungkap bahwa Ustadz Endin telah dibunuh oleh Sumarna dan pengikutnya di Kampung Cisalopa, Desa Bojongtipar, Jampang Tengah, Sukabumi pada Selasa 14 Agustus 2012 sekitar pukul 21.00 WIB. Jasad Endin dikuburkan di belakang rumah Sumarna.

Sumarna yang meyempal dan menyebal dari Islam, misalnya mengaku nabi, menghapus shalat subuh dan shalat Jumat, dikabarkan tak hanya berniat membunuh Ustadz Endin, tapi juga berencana membunuh beberapa Muslim lainnya. Karenanya, kelompok aliran sesat Sumarna sudah menyediakan beberapa lubang kuburan.

Sumarna dan sejumlah pengikutnya pun ditangkap. Tuduhannya, tentu tak hanya pembunuhan berencana, tapi juga menista, menodai, dan mengacak-acak ajaran Islam. Namun aneh bin ajaib, di negeri ini, ada sekelompok orang yang jelas sesat dan salah—dan ditangkap polisi—tapi yang dikecam justru yang benar, yang membela Islam. Bukannya membela yang benar, malah mereka menyalahkan umat Islam. Membela si penyesat umat?

Ketua GARIS KH Chep Hermawan

Jika beberapa waktu lalu, di pihak aliran sesat Ahmadiyah ada yang mati—setelah mereka menantang dan memprovokasi umat Islam—dan kemudian para aktivis HAM liberal dan sekular berteriak sangat nyaring membela Ahmadiyah dan menggugat kalangan Islam, kini mana suara mereka? Eh, sekalinya ada yang bersuara, malah mengecam umat Islam.

Bukannya mengecam pembunuhan seorang ustadz oleh kelompok aliran sesat, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Eva Kusuma Sundari, misalnya, justru mengecam umat Islam yang bereaksi atas pembunuhan tersebut.

“PDIP amat memprihatinkan makin gampangnya massa tersulut gosip dan makin permisifnya masyarakat terhadap kekerasan…,” kata politisi PDIP tersebut dalam siaran persnya, Rabu (22/8/2012), seperti dikutip viva.co.id. Gosip? Apa maksudnya? Jelas-jelas ada ustadz dibunuh, kok dibilang gosip?

Pernyataan Eva ini pun mendapat tanggapan dari Pimpinan Gerakan Reformis Islam (GARIS), KH Chep Hermawan. Ia menilai kecaman yang dilontarkan Eva mewakili PDIP justru membuktikan ketidakpahamannya—atau berlagak tak mengerti—kondisi sebenarnya di lapangan.

“Eva Kusuma Sundari…Kalau tidak tahu permasalahan jangan sok mengecam! Kalau dia mengecam aksi warga tersebut berarti dia mendukung pembunuhan Ustadz Endin. Jadi jangan asal bacot!” tegas KH Chep Hermawan kepada voa-islam.com, Kamis (23/8/2012).

Haji Encep, sapaan akrabnya, membantah bahwa pembunuhan Ustadz Endin yang merupakan anggota GARIS sebagai berita gosip, namun ini adalah fakta seperti yang diungkapkan pihak kepolisian.

Para tersangka lainnya, kelompok sekte sesat Sumarna (poskotanews)
Baca Juga

Oleh sebab itu, menurut Haji Encep, seharusnya yang dikecam adalah aksi pembunuhan terhadap Ustadz Endin yang kemudian memancing kemarahan umat Islam, bukan sebaliknya.

“Jadi kalau Anda ingin mengecam, harusnya mengecam aksi pembunuhan dulu. Sebab dia (Sumarna, red) sudah merencanakan 4 orang yang akan dibunuh. Kalau dia tidak sesat kenapa mesti membunuh? Dan pembunuhan itu sudah direncanakan!” tandasnya.

Menyikapi pembunuhan terhadap anggotanya, pihak GARIS sendiri akan mengawal persidangan 16 orang anggota sekte sesat pimpinan Sumarna yang telah ditangkap pihak kepolisian.

“16 orang yang diduga melakukan aksi pembunuhan sudah ditangkap dan sekarang berada di Polres, paling kita akan menunggu sidang,” ujarnya.

Jadi, sebenarnya kelompok yang mengaku aktivis HAM atau kaum liberal-sekular negeri ini, sungguh-sungguh membela HAM atawa pilih-pilih dulu kasus yang dibela karena adanya kepentingan tertentu?

Tak hanya mereka yang mengaku aktivis HAM, ternyata partai yang mengaku membela wong cilik pun, tokohnya malah bersuara miring kepada umat Islam yang ingin membasmi aliran sesat. Tak ada kata kecaman pada aliran sesat tersebut. Membela aliran sesat? Aliran sesat kok dibela. Lha, bagaimana status orang yang membela aliran sesat? Apakah ikut sesat juga?

Kelompok sesat  Sumarna tak hanya sesat dan menyesatkan. Tapi juga sadis alias keji. Betapa tidak. Ustadz Endin dikubur hidup-hidup setelah sebelumnya mengalami siksaan. Terang saja umat Islam marah. Siapa yang tak marah kalau saudaranya dalam Islam disiksa dan dibunuh dengan sadis?

Jadi, jelas sudah, sesungguhnya kelompok yang mengklaim pembela HAM dan tokoh-tokoh sekular yang berada dalam partai tertentu, mereka sesungguhnya tak pernah suka dengan Islam. Umat Islam harus akurat dan cermat melihat mereka. Jangan pernah berharap mereka berada di pihak umat.

Alm Ustadz Endin Zaenudin, korban aliran sesat

Bukti yang menunjukkan bahwa mereka alergi dan tak peduli dengan Islam dan HAM kaum Muslimin, juga tampak pada tragedi Muslim Rohingya. Jika mereka sangat lantang membela aliran sesat, Ahmadiyah, misalnya, untuk kasus Muslim Rohingya yang mengalami penyiksaan, perkosaan, pembantaian dan pengusiran, mereka diam membisu seperti sedang kena sariawan. Orang sariawan saja masih bisa bicara. Jadi, ini lebih dari sariawan.

Sekalinya bicara pun, mereka bukan membela Islam dan kaum Muslimin. Tapi malah menyalahkan umat Islam. Jadi, daripada ngomong malah menyudutkan kaum Muslimin, lebih baik diam saja. Tak apalah membisu!

Membisu atas kezaliman yang dialami umat Islam memang sudah bukan hal aneh lagi bagi kelompok yang selama ini sangat kencang ngomong HAM. Untuk kasus yang lebih besar seperti penderitaan ratusan ribu Muslim Rohingya, di Myanmar saja mereka menjadi bisu, apalagi dengan nyawa seorang Ustadz Endin yang ingin mengajak kelompok sesat untuk bertaubat? “Nehi…!” seru mereka. (s/salam-online.com)

Baca Juga