JAKARTA (salam-online.com): Ribuan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Ahad (5/8/2012) berunjuk rasa mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan untuk menyelamatkan Muslim Rohingya di Rakhine (Arakan), Myanmar.
Massa HTI yang berasal dari sejumlah wilayah di Jabodetabek itu, berkumpul di Monas dan berjalan kaki ke Istana Merdeka.
Dari pantauan Antara, demonstran memegang spanduk yang berisi agar Presiden SBY turun tangan dan tak hanya diam dalam tragedi yang terjadi di negara itu.
“Kami akan melakukan orasi di depan Istana. Kami mendesak agar pemerintah tidak hanya diam tetapi turun tangan mengatasi persoalan yang menimpa saudara kita di Myanmar,” ujar seorang pengunjuk rasa, Taufik Hidayat.
Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia mempunyai kewajiban membantu Muslim Rohingya yang menderita.
Badan Hak Asasi Manusia PBB melaporkan pasukan keamanan Myanmar berada di balik upaya penghapusan etnis Rohingya sehingga konflik yang terjadi di Myanmar telah memakan korban dalam jumlah besar dari etnis Rohingya dan sekitar 80.000 orang mengungsi.
Apa yang diungkap Badan HAM PBB ini sangat jauh berbeda dengan pernyataan SBY yang baru kemarin (Sabtu, 4/8//2012) bersuara tentang Rohingya. SBY menyatakan Myanmar tengah membangun rekonsiliasi dan demokratisasi, dan tak ada genosida terhadap etnis Muslim Rohingya. Begitu, menurut SBY.
Pernyataan SBY itu juga bertolak belakang dengan paparan Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim dalam Dialog Interaktif bertajuk Rohingya Terlunta yang diselenggarakan oleh International Conference of Islamic Scholars (ICIS), di Jakarta, Sabtu (4/8/2012) kemarin. Dan, tentu, juga bertentangan dengan fakta yang diungkapkan oleh pengungsi Rohingya yang hadir dalam dialog interaktif tersebut. (rima/salam-online)