Obama Akui Yerusalem Ibu Kota Israel
AS (salam-online.com): Kehebohan muncul kemarin dalam konvensi Partai Demokrat di Kota Charlotte, Negara Bagian North Carolina, Amerika Serikat. Presiden Barack Hussein Obama yang bakal mencalonkan diri kembali dalam pemilihan November mendatang mendukung Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Yerusalem adalah nama dari Yahudi. Nama sebenarnya adalah Al-Quds. Dalam hal nama tempat, Zionis Yahudi juga memberlakukan Yahudisasi, membuang jauh-jauh nama-nama yang asli berasal dari Islam.
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Kamis (6/9/2012), suasana menjadi gaduh setelah panitia tiga kali meminta perwakilan menyatakan suara mereka atas konsep itu. Mereka akhirnya menyepakati Yerusalem ibu kota Israel masuk dalam Piagam Demokrat.
“Presiden Obama mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan piagam kami juga harusnya begitu,” kata Ketua Panitia Konvensi, Ted Strickland.
Seorang sumber dalam Partai Demokrat mengungkapkan Obama ikut mendorong masuknya konsep pengakuan itu dan merupakan pandangan pribadinya.
Semua presiden dari Demokrat atau Republik memang mengakui Yerusalem ibu kota negara Zionis itu. Namun, mereka tidak pernah memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kantor perwakilan mereka di kota tiga golongan (Islam, Yahudi, Nasrani) itu hanya berupa konsulat.
Lembaga lobi Yahudi paling berpengaruh di negara yang mengklaim sebagai “polisi dunia” itu, AIPAC (Komite Urusan Publik Amerika-Israel), menyambut keputusan Demokrat. “Kami senang piagam Demokrat menegaskan lagi Yerusalem ibu kota Israel,” kata mereka dalam pernyataan tertulis.
Pada pemilihan presiden empat tahun lalu, Obama juga menyatakan pengakuan serupa. “Yerusalem merupakan ibu kota Israel. Saya hanya mengatakan fakta saja,” katanya.
Ya, ini bukan hal yang aneh. Sebab, untuk menjadi presiden di AS, itu harus mendapat restu Yahudi. Kelompok kecil Yahudi di Amerika justru mengendalikan negara ini. Karenanya, sebelum pilpres 2008 lalu, Obama menyambagi Tembok Ratapan–yang jadi tempat berdoanya orang-orang Yahudi.
Jadi, siapapun presiden AS, harus menjadi “pelayan”nya Zionis Yahudi. (merdeka/salam-online)