Universitas Negeri Filipina Batalkan Pemutaran Film Anti-Islam

Prof Harry Roque. Bersikeras mau putar film Innocence of Muslims

MANILA (salam-online.com): Salah satu universitas ternama Filipina menyatakan pada Jumat (21/9/2012) bahwa mereka melarang seorang dosen memutar film anti-Islam yang sensitif itu dengan alasan keamanan, namun profesor hukum itu bersikeras akan tetap menampilkan film amatiran tersebut.

Harry Roque, seorang pengacara HAM terkemuka dan dosen di Universitas negeri Filipina di Manila, berencana memutar film ‘Innocence of Muslims’ dalam kuliah terkait hak-hak konstitusional, pada Jumat (21/9/2012) malam.

Namun UP College of Law, yang telah menghasilkan beberapa peradilan kepresidenan Filipina dan Mahkamah Agung, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan: “Itu (penayangan film) tidak akan dilakukan untuk alasan keamanan.”

Tidak ada rincian lain yang diberikan, namun seorang anggota staf di universitas itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa keputusan untuk melarang menampilkan film itu datang setelah Roque mengumumkan rencananya dengan mengundang media.

Roque mengatakan bahwa ia merasa wajib untuk menunjukkan cuplikan film yang diunggah di YouTube tersebut untuk mengajarkan murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi.

“Saya akan menunjukkan hal itu. Sangat penting untuk menampilkan itu sekarang sehingga mereka mencoba untuk mencegah saya untuk menampilkan itu,” kata Roque kepada AFP, seraya menambahkan bahwa seminar akan dibuka untuk umum, terutama mahasiswanya.

Baca Juga

Ditanya mengenai masalah keamanan, Roque mengatakan: “Memang berbahaya untuk menegakkan kebebasan. Itu adalah pelajaran yang harus kita ambil.”

Unjuk rasa sekitar 3000 Muslim di Marawi Filipina Selatan memprotes ‘Innocence of Muslims’ (AFP)

Film amatir, yang dibuat oleh seorang Yahudi Koptik Kristen di Amerika Serikat, memicu protes umat Islam di sedikitnya 20 negara sejak cuplikan itu diunggah di situs online. Lebih dari 30 orang tewas dalam kekerasan terkait.

Meski Filipina mayoritas penduduknya Kristen-Katolik, di negeri ini minoritas Muslim  sebagian besar berbasis di selatan, beberapa di antaranya telah melancarkan perjuangan bersenjata selama beberapa dekade untuk kemerdekaan dan otonomi.

Pada Senin (17/9/2012), sekitar 3000 Muslim Filipina di kota bagian selatan, Marawi, mengadakan unjuk rasa terkait film tersebut, membakar bendera Amerika dan Israel. (antara/salam-online)

Baca Juga