JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Marciano Norman menduga Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) yang menjadi dalang pembantaian dua polisi di Poso. Namun JAT membantah.
JAT juga meminta BIN membuktikan tudingannya tersebut dan bila tidak terbukti Marciano diminta mengundurkan diri dari Kepala BIN.
“Di dalam BIN ada aturan, dan gak boleh salah. Jika kepala BIN menyampaikan hal yang salah, ini fatal. Dalam tradisi intelijen, pejabat yang bersangkutan harusnya malu dan mundur,” kata juru bicara JAT Son Hadi ketika mendatangi Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jumat (19/10/2012).
JAT ingin klarifikasi dari BIN dan Polri soal tuduhan tersebut. Menurut Son Hadi, segala sesuatu harus kembali pada tempat kejadian perkara.
“Padahal di TKP cuma ditemukan helm. Apa kaitannya helm dan JAT?” kata Son Hadi.
Son Hadi juga merasa asing dengan lokasi bernama Tamanjeka yang dituduhkan sebagai tempat latihan JAT. Menurutnya, JAT tidak memiliki program pelatihan militer di Poso.
“Tidak pernah, nama tempat itu asing dan baru tahu dari media ada Tamanjeka. JAT tidak memiliki program pelatihan militer. Perlu diingat bahwa sebenarnya konflik Poso itu konflik lama, mulai sekitar tahun 1998. Jauh sebelum JAT berdiri bisa jadi tempat latihan digunakan dulu oleh mantan pelaku konflik Poso untuk berlatih,” imbuhnya. (merdeka/salam-online)