Peragakan Arogansi Kezaliman, Cara Penangkapan Terduga ‘Teroris’ Kembali Menuai Kecaman


JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Penangkapan terduga “teroris” yang selama ini lebih memeragakan arogansi kezaliman kembali mendapat kecaman.

Arogansi ini pula yang menimpa aktivis Masjid Baitul Karim, Sunarto (Nanto), warga Kebon Kacang XIV No 9, Jakarta Pusat yang ditangkap oleh Densus 88, Sabtu (27/10/2012) saat yang bersangkutan sedang membagi-bagikan hewan qurban di Masjid Baitul Karim, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakpus.

Ketua Lembaga Kajian Politik & Syariat Islam (LKPSI), Fauzan Al Anshari mempertanyakan pola dan cara Densus 88 dalam melakukan aksinya menangkap dan menggeledah rumah terduga “teroris” selama ini.

Menurut Fauzan, Densus 88, lagi-lagi memeragakan arogansi kezaliman.

“Penangkapan dan penggeledahan rumah orangtua Nanto yang sakit jantung dan kontrakannya tanpa surat resmi, itu dianggap biasa. Bahkan tas berisi laptop disiarkan sebagai berisi bahan bom, tersebar via media-media thoghut,” sesalnya.

Seperti halnya Fauzan, Forum Umat Islam (FUI) juga menyesalkan Densus 88 yang melakukan aksi asal tangkap, termasuk menangkap Sunarto.

“Kami menyesalkan penangkapan terhadap saudara Sunarto (Nanto), pengurus Masjid Baitul Karim yang sedang membagi daging qurban saat perayaan Idul Adha, Sabtu siang (27/10/2012) di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ini jelas sudah merupakan tindakan pelecehan terhadap pelaksanaan ibadah umat Islam, yakni penyembelihan hewan qurban dan pembagiannya sebagai perintah Allah SWT,” demikian FUI dalam siaran persnya.

Baca Juga

Menurut FUI, Sunarto sama sekali tidak melakukan tindakan sebagaimana tuduhan pihak kepolisian, karena tidak ditemukan bom yang mereka tuduhkan dalam penggerebekan di rumah kontrakannya di Palmerah maupun di rumah orang tuanya di depan Masjid Baitul Karim Jalan Kebon Kacang XIV, Jakarta Pusat.

FUI menyatakan, mereka mengenal sosok Sunarto sebagai pengurus masjid biasa dan tidak termasuk anggota organisasi apapun, apalagi berhubungan dengan  tindakan terorisme. Bahkan yang bersangkutan adalah penderita penyakit asma yang rentan kambuh.

Lantaran Sunarto secara fisik mengalami sakit asma yang rentan kambuh, FUI meminta Kapolri untuk menjaga keselamatan dan kesehatannya, dan meminta tim MER-C sebagai relawan kemanusiaan agar mendampingi Sunarto dalam upaya menjaga kesehatannya

Sebagaimana diungkap FUI, Fauzan juga menyatakan hal serupa. Barang-barang sitaan milik Nanto itu, kata Fauzan, tidak ada sangkut pautnya dengan ‘terorisme’, seperti halnya penyitaan sejumlah mobil yang mau dijual oleh adik terduga ‘teroris’ di Solo beberapa waktu lalu.

“Ini benar-benar cara berpikir polisi yang amburadul. Beda ketika KPK menyita barang-barang Korlantas terkait kasus korupsi yang merugikan Negara Rp 100 M lebih, tiba-tiba Korlantas menggugat KPK Rp 400 M lebih. Jadi, kalau  nanti semua dikabulkan pengadilan, masih punya saldo Rp 300 M,” papar Fauzan.

Jika pengadilan mengabulkan semuanya, siapa yang bayar? “Ya, kita rakyat Indonesia yang dipajaki semuanya,” ujarnya.

“Begitulah cara berpikir dan watak kaum kuffar,” ungkap Fauzan. “Mereka akan membuat rekayasa untuk menangkapmu, mengusirmu dan membunuhmu,” demikian Fauzan mengakhiri pesan singkatnya kepada salam-online seraya menyitir Qur’an surah al-Anfaal ayat 30. (isa)

 

Baca Juga