LEMBANG (SALAM-ONLINE.COM): #IndonesiaTanpaJIL, Sabtu-Ahad (10-11 November 2012) kemarin, mengadakan Silaturahmi Nasional (Silatnas) di Cikole Resort, Lembang, Bandung.
Dihadiri sekitar 200 peserta dari seluruh Indonesia, Silatnas ini menghasilkan seruan yang intinya ‘menyelamatkan generasi muda’ dari bahaya Liberalisasi Agama atau lebih jelas lagi: Liberalisasi Islam.
Menurut Koordinator Pusat #IndonesiaTanpaJIL Fajar Arif Kristanto, Silatnas ini diselenggarakan melihat semakin nyatanya perilaku pelajar dan mahasiswa yang jauh dari nilai-nilai (Islam).
“Sering sudah kita mendengar berita mengenai pelajar dan mahasiswa yang kehilangan nyawa sia-sia dalam tawuran,” ungkapnya dalam rilis yang diterima salam-online, Ahad (11/11/2012).
Di sisi lain, kata Arif, #IndonesiaTanpaJIL juga “merekam” kenyataan rusaknya moral pemuda, generasi bangsa, mulai dari mereka yang menjadi budak narkoba hingga korban gaya hidup liberal yang menjerumuskan mereka ke dalam pergaulan bebas, sehingga merelakan kehormatannya hanya demi uang dan kenikmatan duniawi.
“Kondisi di atas diperparah dengan sistem dan kurikulum pendidikan yang tidak mendekatkan pelajar dan mahasiswa pada nilai-nilai agama, karena dalam sepekan hanya 2 (dua) jam pelajaran agama diberikan kepada mereka,” kata Arif menyayangkan.
Arif mengatakan, #IndonesiaTanpaJIL melihat realitas di negeri ini pendidik dengan pemikiran “ngawur” semakin menjamur. “Ada dosen yang mengajarkan bahwa Allah hanya melihat takwa seseorang, bukan orientasi seksualnya,” sesalnya, “bahkan ada juga yang menuliskan lafadz ‘Allah’ hanya untuk diinjak-injak di depan kelas.” Astaghfirullah.
Karena dididik oleh para pendidik yang seperti itu, ujarnya, maka muncullah generasi mahasiswa yang dengan berani mengatakan “selamat datang di kampus bebas tuhan’” dan berteriak lancang, “Mari kita berdzikir Anjinghu Akbar.”
Karenanya, demi menyelamatkan generasi muda Indonesia, #IndonesiaTanpaJIL menyeru:
- Kepada pemerintah, melalui Kemendikbud, untuk menghentikan liberalisasi agama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
- Kepada para pendidik, untuk berani menolak kurikulum pendidikan yang menjurus pada liberalisasi agama yang dipaksakan kepada mereka.
- Kepada media massa, untuk mendukung upaya penyelamatan generasi muda Indonesia.
- Kepada orang tua, untuk memperhatikan penanaman nilai-nilai agama kepada anak-anaknya, karena keluarga adalah benteng terakhir moralitas generasi muda Indonesia.
Demikian seruan #IndonesiaTanpaJIL, sebuah gerakan simpatik yang peduli terhadap bahaya pendangkalan ‘aqidah umat Islam.
Gerakan ini didukung oleh para akademisi, cendekiawan Muslim, kaum profesional, aktivis mahasiswa, pelajar, hingga kalangan ibu rumah tangga dan selebritis.
Seperti diketahui, gerakan #IndonesiaTanpaJIL lahir di tengah kian gencarnya kampanye gerakan sekularisme, pluralisme dan liberalisme (SEPILIS).
Inti dari gerakan SEPILIS ujung-ujungnya bertujuan menjauhkan umat–khususnya generasi muda Islam–dari ajaran Islam.
Dengan munculnya gerakan “IndonesiaTanpaJIL, semoga menjadi salah satu gerakan yang mampu membentengi generasi muda khususnya dari pengaruh pemikiran dan perilaku ‘sesat’ gerakan SEPILIS. (isa)