Sebut Solo Pusat Teroris, Umar Abduh: “Copot dan Polisikan Ansyaad Mbai”

Umar Abduh

JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai yang menyebut Solo, Jawa Tengah, sebagai pusat teroris, telah mengadudomba antar umat Islam dan masyarakat. Ansyaad Mbai harus dicopot dari jabatannya.

Seruan itu disampaikan pengamat terorisme Umar Abduh kepada itodayJumat (30/11/2012). “Masyarakat harus menuntut Ansyaad Mbay untuk mencabut pernyataan  dan perkataan busuknya tentang penetapan  kota Solo sebagai pusat teroris, serta meminta maaf. Jika Ansyaad menolak minta maaf, masyarakat harus menuntut Kemenkopolhukam dan SBY harus mencopot Ansyaad dari jabatannya,” tegas Umar Abduh.

Umar mendorong agar segenap umat Islam dan ormas-ormas lainnya  secara  nasional, tak terkecuali ormas Nahdlatul Ulama dan seluruh underbownya, khususnya di Solo, harus segera mengkritisi, bereaksi dan bersikap, jika perlu melakukan somasi dan atau melaporkan Ansyaad Mbay ke pihak yang berwajib.

Menurut Umar, apa yang dilakukan dan atau disuarakan Ansyaad Mbai dengan tupoksinya sebagai kepala BNPT,  sebenarnya bertolak belakang dengan tujuan, visi dan misi dibentuknya BNPT.

“Dalam prinsip dan filosofi pembentukan BNPT, jelas tidak dimaksudkan untuk memanaskan suhu politik, memancing dan memprovokasi umat ke dalam perpecahan, saling mencurigai, seperti dengan mengangkat isu Wahabi secara miring dan tendensius dan merangkul NU serta LDII untuk dibenturkan dengan Muhammadiyah dan ormas Islam senafas,” ungkap Umar.

Baca Juga

Pernyataan Ansyaad soal Solo pusat teroris, kata Umar, merupakan hal yang sangat sembrono, subyektif, sarat pretensi serta sarat kepentingan. Karena hal itu tanpa melalui proses hukum yang benar, tanpa melalui penelitian ilmiah, tanpa kehati-hatian, dan tanpa studi yang komprehensif.

“Itu  jelas merupakan kecelakaan politik, sosial dan budaya atas bangsa secara disengaja,” tegas Umar.

Umar menegaskan, pernyataan sembrono Ansyaad Mbai itu tidak seharusnya dirilis di media massa. Tupoksi BNPT adalah tugas intelijen. Yakni, melakukan deteksi dini, pencegahan dan memberikan proteksi, rasa aman dan tenang kepada masyarakat, sekaligus merumuskan, serta menyadarkan kepada langkah dan tanggungjawab secara bersama-sama.

“Suara Ansyaad justru bikin gaduh dan merusak  ketenangan serta ketentraman masyarakat. Inilah jika tupoksi intelijen diserahkan kepada reserse,” tegas Umar.

Lebih jauh Umar mengungkapkan, selama Ansyaad menjabat sebagai Kepala Desk Anti Teror, dan selanjutnya berganti nama menjadi BNPT,  manifesto  jargon dan program deradikalisasi atau penanggulangan anti terorisme hanya menjadi alat untuk memprovokasi umat, dan mengadu domba umat Islam.

“Sekian tahun bekerja dan menghambur-hamburkan dana APBN, hasilnya justru sebaliknya. Karena yang dilakukan Ansyaad Mbay, Tito Karnavian dan Petrus Golosse hanya memprovokasi sekaligus menyudutkan masyarakat atau ormas tertentu sebagai bagian dari jaringan terorisme,” tegas Umar Abduh. (itoday)

Baca Juga