JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Didampingi Tim Pengacara Muslim (TPM), Keluarga Davit Ashary dan Herman Setyono serta keluarga Sunarto (Nanto) yang ditangkap Densus 88, Sabtu (27/10/2012) lalu, menyambangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (1/11/2012).
Kedatangan mereka adalah untuk melaporkan sekaligus meminta perhatian MUI atas kesewenangan Densus 88 Polri menangkap keluarga mereka tanpa ba bi bu alias langsung main tangkap, tak menggunakan prosedur semisal memperlihatkan surat penangkapan.
Penuturan Ibunda Davit dan Herman, Siti Maryam, dan keluarga Nanto kepada salam-online.com usai jumpa pers, semoga bisa membantu memahami arah ‘pertarungan’ yang menyudutkan umat Islam ini.
Seperti diketahui, Nanto ditangkap saat membagikan daging qurban, Sabtu lalu. Sementara pada hari yang sama kakak beradik, Herman Setyono (22) dan Davit Ashary (19), ditangkap beserta orang yang baru dikenalnya via facebook bernama Azhar Basyir.
Lantaran memang tak pernah berhubungan atau melakukan aktivitas yang disebut “terorisme”, Davit dibebaskan pada Selasa (30/10/2012) malam. Sementara kakak Davit, Herman, serta Nanto masih menjalani pemeriksaan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.
Surat penangkapan untuk Herman baru diterima pada Selasa (30/10/2012) malam. Itu pun dititipkan lewat Davit saat siswa Sekolah Pelayaran Menengah (SPM) Tri Arga Kebun Jeruk, Jakarta Barat ini dibebaskan. Sementara surat penangkapan untuk Nanto diterima via pos 5 hari setelah dia ditangkap.
Menurut TPM, itu menunjukkan bagaimana kecerobohan aparat Densus kelihatan sekali dalam proses penangkapan ini. Artinya, saat mau menangkap, sebenarnya aparat tidak tahu alamat target yang mau ditangkap. Buktinya surat penangkapan dengan alamat lengkap via pos itu diperoleh kemudian, 5 hari setelah Nanto cs ditangkap.
“Kami dari TPM sangat prihatin dengan pola-pola penangkapan yang disebut sebagai terduga teroris itu yang sebenarnya diarahkan kepada umat Islam,” sesal Koordinator TPM Achmad Michdan saat jumpa pers.
Ketika konferensi pers tengah berlangsung, Sunardi (Nandi) kakak kembarnya Nanto sesenggukan menangis. Ia teringat ibundanya yang telah uzur selalu menanyakan kabar Nanto. Tentu, Nandi sangat terpukul dengan ditangkapnya sang adik.
Menurut Siti Maryam, Nandi dan istri Nanto (Fanti), pihak keluarga yakin, anak-anak, adik atau suami mereka, tak ada kaitannya dengan yang namanya ‘makhluk’ bernama ‘terorisme’ itu.
Kisah seperti petir di siang bolong ini dimulai saat Azhar Basyir (usianya bekisar 22 tahun, berambut cepak) yang baru mereka kenal sekitar 6 bulan lalu lewat facebook, tiba-tiba datang pada Kamis (25/10/2012) menemui Nanto (39). Azhar yang mengaku dari Lamongan, Jawa Timur itu melanjutkan perkenalannya dengan bertamu ke rumah Nanto.
Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Ustadz Muhammad Al Khaththath yang turut dalam konferensi pers menggarisbawahi, bahwa umat harus hati-hati karena sekarang modus operasi untuk menjebak dan menggiring para pemuda Islam khususnya sehingga masuk dalam pusaran “terorisme”, bisa lewat jejaring sosial seperti facebook. “Ini harus diwaspadai,” katanya.
Perkenalan melalui facebook inilah yang rupanya tanpa disadari oleh Nanto cs, sebagai awal atau pintu masuk yang membawa mereka pada sesuatu yang tak mereka perkirakan sebelumnya. Setelah Nanto mengenalnya lewat facebook, Azhar datang ke Jakarta. Ia menemui Nanto dengan maksud minta tolong dicarikan pekerjaan.
Nanto berhasil mencarikan pekerjaan buat Azhar. Sebelum bekerja, Azhar disyaratkan untuk mengikuti training selama beberapa hari. “Tapi, belum apa-apa, masih dalam training, Azhar memutuskan untuk membatalkan job yang telah didapatkan oleh Nanto itu,” ujar Fanti, istri Nanto.
Enam bulan kemudian, orang yang mengaku sebagai Azhar Basyir ini datang lagi. Kali ini kedatangannya sehari menjelang Idul Adha, persisnya, Kamis (25/10/2012). Berhubung rumah Nanto di depannya sedang dalam renovasi, Azhar pun menginap di rumah Siti Maryam (ibunda Davit dan Herman), tak jauh dari kediaman Nanto.
Nanto dan Siti Maryam, di kawasan Palmerah, memang bertetangga. Sedang orang tua Nanto tinggal di Kebun Kacang, Tanah Abang. Tapi Nanto aktif di Masjid Baitul Karim Kebun Kacang, dekat rumah orangtuanya.
Kali ini, kedatangan Azhar yang kedua—setelah 6 bulan perkenalan—selain silaturrahim, “Dia bilang mau ke Bekasi. Dapat kerjaan di Bekasi,” kata Maryam menirukan Azhar. Sebelum tiba di Jakarta, dari Lamongan, ia mengaku ke Surabaya, lalu menuju Bogor.
Dari Bogor, pengakuan Azhar, dia mau ke Bekasi. Tapi sebelum ke Bekasi, dia mampir dulu ke Jakarta, rumah Nanto dan Herman.
Malam kedua, Jumat (26/10/2012) Azhar masih menginap di rumah Siti Maryam. Esoknya, Sabtu (27/10/2012) siang mereka (Herman, Davit dan Azhar) berencana ke Kebun Kacang, Tanah Abang, mau bantu Nanto yang menjadi panitia qurban di Masjid Baitul Karim.
Sebelum mereka ke Kebun Kacang, rupanya aparat Densus mendahului, menangkap mereka bertiga tanpa surat penangkapan. Dan, di hari yang sama pula, dengan waktu yang berdekatan, Nanto diciduk saat membagikan hewan qurban di Kebun Kacang.
Setelah mendapatkan facebook Azhar yang dia gunakan saat berhubungan dengan Nanto, salam-online menelusuri facebook dengan gambar profil Spiderman itu.
Jumat (26/10/2012) itu, sehari menjelang penangkapan, menurut Davit, ada statusnya yang menarik, yang jika coba dipahami bisa ditafsirkan macam-macam.
“Bunyi status dia (Azhar, red) sehari menjelang penangkapan, tanggal 26 Oktober, itu aneh!” kata Davit kepada salam.
Statusnya hanya satu kata: “Eksekusi”. Apa yang dimaksud dengan kata “Eksekusi” oleh Azhar? Siapa mengeksekusi si(apa)? Azhar sendirilah yang bisa menjelaskannya. (isa)