Warga Poso Marah! Jalur Transportasi Masih Lumpuh!

POSO (SALAM-ONLINE.COM: Warga Poso marah, gara-gara seorang tokoh Islam setempat, Ustadz Yasin,  ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.

Ustadz Yasin ditangkap di Desa Kayamaya, Poso Kota, Sulawesi Tengah. Emosi warga makin tersulut setelah Khalid, seorang PNS yang bertugas sebagai Polisi Hutan gugur kena tembak aparat.

Maka, makin meledaklah kemarahan warga Poso. Jalur transportasi trans Sulawesi yang menghubungkan sejumlah daerah dari dan ke Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, lumpuh karena aksi pemblokiran jalan oleh warga pasca penembakan, Sabtu (3/11/2012)  pagi.

Pemblokiran jalan tersebut dilakukan warga dengan cara memasang palang kayu dan aksi membakar ban bekas di jalan raya. Sebagian warga tersebut adalah ibu-ibu.

Diperkirakan sekitar 1.000 warga memblokir jalan trans Sulawesi yang menghubungkan sejumlah daerah dari dan ke Poso.

Ratusan kendaraan dari dua arah yang berlawanan tertahan termasuk rombongan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto yang hendak menghadiri Festival Danau Poso.

Aksi pemblokiran tersebut berlangsung di Kelurahan Kayamanya, Poso Kota, salah satu tempat yang menjadi sasaran operasi gabungan Detasemen Khusus 88 Anti-Teror dan TNI. Sampai tadi sore jalur transportasi dilaporkan masih lumpuh!

Korban, Khalid,  diketahui adalah seorang pegawai negeri sipil di Dinas Kehutanan Poso. Korban juga adalah putra dari salah seorang mantan anggota DPRD Poso.

Massa yang tengah marah

Keluarga korban dan masyarakat di Poso tambah marah lantaran pemberitaan media yang menyebut korban tewas adalah terduga teroris.Warga geram dengan pemberitaan sebuah stasiun televisi swasta nasional yang mereka anggap tidak jujur yang menyebut terjadi baku tembak saat penangkapan Ustadz Yasin dan penembakan Khalid oleh Densus 88 di Poso.

Padahal menurut warga sekitar yang menyaksikan, sama sekali tidak ada perlawanan, sebab Khalid baru saja pulang shalat Subuh, seperti halnya Ustadz Yasin.

Untuk mendinginkan situasi dan meluruskan kejadian, seorang warga mengundang wartawan stasiun TV tersebut. Maksudnya, supaya sang wartawan langsung mewawancarai warga yang menyaksikan kejadian sebenarnya, di samping meminta keterangan dari  keluarga Khalid dan keluarga Ustadz Yasin.

Baca Juga

Tapi, apa hendak dikata, ternyata kegeraman massa terhadap Densus 88 yang mereka anggap arogan dan pemberitaan tidak jujur tersebut membuat warga  melampiaskan kemarahannya kepada  sang wartawan TV.

Nyaris saja wartawan TV itu babak belur kalau massa tak segera ditenangkan. Tapi, kamera dan mikrofon milik wartawan itu sempat disita warga, dan dikembalikan dalam kondisi rusak.

Hingga Sabtu sore, aksi pemblokiran jalan masih terus berlangsung dan warga meminta agar korban yang dilarikan ke RS Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah di Palu dikembalikan ke Poso.

Hingga kini belum ada keterangan resmi kepolisian setempat terkait dengan aksi penembakan yang menyebabkan kematian seorang warga tersebut.

Warga bereaksi keras!  Karena mereka mengenal Ustadz Yasin selama ini merupakan tokoh masyarakat yang membaur. Tuduhan sebagai “teroris” kepada Ustadz Yasin, bagi warga Poso bak mendengar petir keras di siang bolong yang tengah terik oleh mentari.

Jalan yang diblokir warga

Sementara Khalid yang kena tembak dan dijemput maut, adalah seorang PNS yang bertugas pada Dinas Kehutanan Poso.

Apa betul,  Ustadz Yasin dan Khalid itu “teroris”? Kenapa warga menolak Ustadz Yasin dan Khalid disebut sebagai terduga “teroris”?

Mengapa warga  marah dan emosi  terhadap petugas yang menangkap mereka? Warga yang marah meminta supaya petugas secepatnya memberikan jenazah Khalid yang kena tembak.

Menyikapi hal tersebut, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) menyatakan, penangkapan keduanya setelah melalui penyelidikan dan bukti yang cukup bahwa keduanya terlibat dalam aksi dan perencanaan “teror”.

Benarkah? Tentulah kepolisan menjawab seperti itu. Jawaban standar kepolisian. (isa/salam-online)-sumber: antaranews

 

 

Baca Juga