Mossad Gagal Habisi Pemimpin Hamas Khalid Misy’al, ‘Kebodohan Paling Tolol dan Memalukan’

Mantan Kepala Mossad Danny Yatom

SALAM-ONLINE.COM: Beberapa pernyataan Presiden Biro Politik Hamas Khalid Misy’al saat Milad Hamas yang ke-25, Sabtu (8/12/2012)  membuat kuping penjajah Israel kian panas.

Mulai dari pernyataan “tak kan menyerahkan tanah Palestina se-inci pun hingga penegasan tak pernah mengakui eksistensi Israel dan jihad satu-satunya cara untuk memerdekakan Palestina”, cukup membuat zionis Israel tambah meradang.

Pemimpin Partai Kadima Israel Shaul Movaz menegaskan, Israel seharusnya membunuh Khalid Misy’al ketika pemimpin Hamas ini mengunjungi Gaza. Movaz menambahkan, Israel saat ini sudah kehilangan kesempatan untuk membunuh Misy’al.

“Israel kehilangan kesempatan untuk membunuh pemimpin dari ular-ular itu (Hamas). Saat ini saya meminta Misy’al untuk mengemasi barang-barangnya dan segera meninggalkan Gaza,” ujar Mofaz, seperti dikutip Arutz Sheva, Senin (10/12/2012).

“Kita menghentikan operasi militer di Gaza dengan sangat cepat. Dan kunjungan Misy’al ke Gaza adalah kegagalan politik dari Operasi Pilar Pertahanan,” sesalnya.

Selain itu, Mofaz menjelaskan pula, bila Israel terus memperlemah Presiden Palestina Mahmud Abbas namun menghindari peperangan dengan Hamas, Misy’al bisa saja mengunjungi Judea dan Samaria (Yerusalem). Menurut Mofaz, hal itu tidak boleh terjadi.

“Israel mengerti bagaimana cara mengalahkan teroris, Khalid Misy’al dan sejumlah pejabat Hamas lainnya yang adalah target Israel,” tegasnya.

Misy’al sendiri menyatakan bahwa dia siap mengunjungi Ramallah dan Yerusalem.

Dan, sesungguhnya, Misy’al adalah salah satu target utama yang sudah lama menjadi incaran Israel.

Mantan Kepala Mossad Danny Yatom dalam sebuah bukunya mengungkapkan rencana dan usaha pembunuhan terhadap Misy’al yang pernah dilakukan pada 25 September 1997. Tapi berujung pada kegagalan.

Mantan Kepala Mossad Danny Yatom (kiri) saat bersama PM Benjamin Netanyahu (tengah)–almonitor.com

Upaya pembunuhan terhadap Khalid Misy’al, dilakukan di ibu kota Yordania, Amman (25/9/1997) atas perintah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu.

Ini merupakan bagian dari rencana untuk menghabisi 8 pemimpin Hamas sebagai pembalasan atas operasi gerakan bentukan Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yasin itu di dalam wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Sebuah bab utama dalam bukunya yang berjudul ‘Mitra Rahasia, dari Kepala Staf Gabungan sampai Mossad’ itu, Yatom menuliskan kecerobohan tentang gagalnya Mossad dalam usaha pembunuhan atas Misy’al.

Yatom menceritakan detail cerita kegagalan itu dan mengungkapkan beberapa rahasia konsekuensi dari operasi itu serta bagaimana peran “kurcaci” aktivis Hamas dalam mengejar dua agen Mossad yang kemudian, keduanya, berhasil dibekuk di jalanan Amman, Yordania.

Yatom menunjukkan, pada 25 September 1997, sel agen pembunuh Mossad di Yordania menerima informasi bahwa Misy’al dalam perjalanan dari rumah ke kantornya di Aman.

Sepengetahuan  Mossad, Misy’al dalam kendaraannya hanya didampingi  oleh seorang sopirnya saja, tetapi para pemimpin dari operasi itu tidak menyadari bahwa bersama Misy’al ada dua putranya yang masih kecil-kecil.

Yatom melanjutkan, ketika itu orang-orang Mossad di lapangan mengubah rencana mereka yang berbeda dengan instruksi yang diberikan sebelumnya.

Di sinilah pangkal kebodohan itu. Mereka, para agen pembunuh itu, melakukan kekeliruan yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Mereka tidak bertolak ke hotel dan mereka meninggalkan kendaraan mereka usai berbelok.

Baca Juga

Sebuah ketololan lainnya, para pelaksana operasi sensitif itu dibekali paspor palsu berkebangsaan Kanada, sementara mereka tidak mahir berbahasa Inggris.

Harian Israel Ha’aretz mengungkapkan, bahwa Pusat Penelitian Biologi Israel adalah pihak yang menyiapkan racun pembunuh. Racun itu sudah pernah digunakan oleh Mossad untuk membunuh Wadie Haddad, seorang pemimpin di Front Kebangsaan.

Khalid Misy’al

Upaya agen dinas rahasia Israel Mossad yang menyamar sebagai turis Kanada tapi bertindak ceroboh saat menyuntikkan racun terhadap Misy’al di sebuah jalan di Amman adalah di luar dugaan.

Jelas, di tengah jalan yang ramai, ditambah ada dua anak yang masih kecil-kecil, itu tindakan bodoh, karena pastinya sangat mengundang perhatian.

Akibat tindakan di luar dugaan itu, dua agen Mossad tertangkap oleh pihak otoritas Yordania. Sementara tiga penyerang lainnya berhasil berlindung di dalam kedubes Israel di Amman.

Yang lebih memalukan lagi, sebelum diseret aparat Yordania, adalah dua aktivis Hamas yang turut mengejar dan menggelandang kedua agen Mossad itu.

“Sebuah kebodohan yang paling tolol, saat mereka turun dari kendaraan itu beberapa ratus meter dari lokasi operasi, yang menyebabkan operasi itu terkuak, yang akhirnya dua orang Mossad berhasil ditangkap, itu sangat memalukan,” kata Yatom.

Disebutkan, bahwa Komisi Tachknover sangat bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan operasi memalukan itu. Demikian juga Kepala Mossad bertanggung jawab atas kegagalan itu, lantaran operasi ternyata didasarkan atas informasi intelijen yang tidak memadai dari tempat kejadian perkara.

Beberapa kekeliruan yang dilakukan Mossad dalam upaya pembunuhan ini. Pertama, kesalahan informasi tentang siapa yang ada di dalam mobil yang ditumpangi Misy’al. Informasi yang diperoleh, Misy’al hanya bersama supirnya. Padahal ada dua anak Misy’al yang masih kecil di dalam mobil itu.

Kedua, para pelaku mengubah lokasi operasi–tidak sesuai dari arahan sebelumnya. Mereka menyuntikkan racun pembunuh atas Misy’al di tengah keramaian dan di dekat anak-anak Misy’al–tentu ini segera diketahui karena menimbulkan kegaduhan. Ketiga, para agen menyamar sebagai turis Kanada yang menggunakan paspor palsu, tapi tidak mahir berbahasa Inggris.

Peristiwa bodoh itu telah mengancam perjanjian damai dengan Yordania. Komisi mengkritik pilihan unit pembunuhan di Mossad (Kidon) untuk melakukan operasi itu, meskipun operasi sejenis tidak dilakukan di negara Arab.

Misy’al, memang, jatuh koma lantaran racun mematikan itu,  dan Raja Hussein marah besar, lalu menuntut agar Israel menyerahkan obat penawar jika ingin agennya yang ditangkap dibebaskan.

Mossad menyerah. Kedua agen itu dibebaskan, Misy’al mendapatkan obat penawar racun. Tapi setelah peristiwa itu, cukup membawa konsekuensi.

Dalam bukunya Yatom mengatakan bahwa Yordania menarik kembali kesepakatan mengenai pembebasan 20 tahanan Yordania dan pendiri Hamas Syaikh Ahmad Yasin, tetapi meminta lebih dari itu.

Lantas meledaklah amarah Menteri Luar Negeri Ariel Sharon. Ia berkata kepada Raja Hussein dalam sebuah pembicaraan di Amman untuk menyelesaikan masalah itu.

“Jika Anda melanjutkan seperti ini, kami akan membiarkan kedua orang Mossad itu di tangan Anda. Tapi Anda tidak akan mendapatkan air dan kami akan membunuh Misy’al lagi,” gertak Sharon. Maka ketika itu keduanya menyelesaikan kesepakatan.

Yatom mengungkapkan kesedihannya. “Ironisnya, Misy’al kembali hidup dan dimahkotai dengan lingkaran sebagai martir. Tapi aku mendapati diriku dalam pertempuran untuk melindungi reputasiku setelah mereka menunjukku sendirian atas kegagalan pembunuhan itu.”

Aha…, tak ada istimewanya, seperti diakui sendiri oleh mantan petingginya, Danny Yatom (bodoh & tolol), badan intelijen yang katanya “super hebat” ini, ternyata tak lebih dari para cecunguk dan “sekumpulan kera” yang bergelantungan diintai raja hutan dan binatang buas lainnya–bahkan sang Mossad bisa lebih “super tolol” lagi, tapi licik habis! (isa/salam-online/dari beberapa sumber)

Baca Juga