JAKARTA (SALAM-ONLINE): Menurut Ketua Umum Panitia Natal Nasional Nafsiah Mboi, yang juga Menteri Kesehatan, Presiden SBY dan Wapres Boediono akan menghadiri puncak perayaan Natal 2012 yang digelar pada 27 Desember 2012 di Jakarta Convention Centre (JCC).
Hal ini rutin digelar dan biasanya dihadiri Presiden RI dan Wakil Presiden RI berikut sejumlah Menteri dan pejabat tinggi lainnya.
Sejumlah tokoh dan ormas Islam sudah kerap pula menyatakan haramnya seorang Muslim mengikuti perayaan natal ini.
Setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Umat Islam (FUI), Hizbut Tahrir indonesia (HTI) dan sejumlah ormas Islam lainnya menyatakan haram jika SBY-Boediono menghadiri dan merayakan natal bersama, ormas Persatuan Islam (Persis) menegaskan hal serupa.
Menurut Ketua Umum Persis KH Prof Dr Maman Abdurrahman, meskipun Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono adalah Presiden RI dan Wapres RI, tetap saja hukumnya haram ikut merayakan Natal.
“Sangat disayangkan, karena meskipun mereka kepala negara dan wakil kepala negara, tetap saja haram!” tegas Maman seperti dilansir mediaumat.com (20/12/2012) dan hizbut-tahrir.or.id
Maman menegaskan, keharaman seorang Muslim untuk mengucapkan selamat, apalagi turut merayakan Natal sudah jelas, sehingga tidak perlu kepala negara yang Muslim, harus menghadiri perayaan tersebut.
“Urusan perayaan ibadah mereka itu bisa diserahkan ke Kementerian Agama Dirjen Katolik dan Dirjen Protestan,” tegasnya.
Prof Maman pun menyebutkan empat faktor yang membuat orang Islam turut berpartisipasi dalam perayaan Natal. Pertama, mereka termakan oleh kata toleransi yang kebablasan sehingga ikut-ikutan.
Kedua, pemahaman tentang Islamnya sangat lemah. Kalau akidahnya sudah mapan pasti tidak akan ikut-ikutan. Ketiga, orang-orang Kristen memiliki media yang sangat luas dan sangat banyak, baik cetak maupun elektronik sehingga seolah-olah semua orang merayakan natal bersama.
Keempat, ada juga orang yang dengan serampangan menyamakan natal dengan maulid. Maulid itu hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sedangkan natal itu bukan hari kelahiran Nabi Isa/Yesus as tetapi hari kelahiran Tuhan Anak (bahkan sebetulnya tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran dewa matahari Romawi Kuno yang diadopsi gereja untuk dijadikan natal sebagai hari kelahiran Yesus, red).
Jadi mereka itu mengangapnya sebagai tuhan, bukan nabi. “Walau pun di Persis, kami tidak merayakan maulid, jelas beda antara maulid dengan natal,” pungkasnya.