JAKARTA (SALAM-ONLINE): Para preman yang mengusir para mahasiswa saat berdemo di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pimpinan Hatta Rajasa menandakan elit tidak menunjukkan contoh baik pada masyarakat.
Demikian dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) M Ilyas kepada itoday, Jumat ( 4/1/2013).
“Runtuhnya sendi bernegara adalah jika para elit memberi contoh yang tidak baik pada masyarakat,” ujarnya.
Kata Ilyas, sudah seharusnya negeri ini bebas dari premanisme sebagaimana yang terjadi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pimpinan Hatta Rajasa. “Sudah seharusnya negeri ini bebas dari premanisme seperti itu, termasuk jika memang menggunakan preman untk menghalau demo yang legal,” ujarnya.
Ilyas juga mengatakan, polisi harus berlaku adil terhadap warga negara di republik ini dalam berbagai kasus termasuk yang melibatkan anak pejabat.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sejumlah mahasiswa yang melakukan aksi damai di kantor Koordinator Bidang Perekonomian pimpinan Hatta Rajasa, Kamis (3/1/2013) menyerukan aparat kepolisian tidak diskriminatif dalam menangani kasus anak Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa. Tetapi aksi damai itu dikejutkan dengan kedatangan sejumlah preman.
Para preman yang berbaju hitam keluar dari dalam kantor Hatta Rajasa dan menemui para mahasiswa tersebut. Para preman itu meminta para demonstran menghentikan orasi dan mengusir mereka.
“Dari dalam pagar, orang-orang berbaju hitam itu ingin menghentikan pendemo yang berorasi,” kata Kapolsek Sawah Besar, Komisaris Polisi JR Sitinjak, Kamis (3/1/2013) sebagaimana dikutip vivanews.
Akhirnya polisi menangkap 4 orang pihak keamanan dari internal kementeriannya Hatta Rajasa lantaran dianggap melawan aparat kepolisian–bahkan sempat terjadi baku hantam. Polisi juga mempertanyakan, mengapa kantor Kemenko Perekonomian menggunakan preman, bukan aparat keamanan (kepolisian) untuk menjaga dan mengawal demo damai mahasiswa itu. (itoday/salam-online)