FPI: ‘Valentine Day, Perayaan Orang Kafir!’

fpi-tolak valentine-.tempo.co-jpeg.imageSALAM-ONLINE: 14 Februari biasa dirayakan sebagai hari kasih sayang atau dikenal dengan Valentine Day. Sejumlah pusat perbelanjaan juga mulai menghiasi gedungnya dengan pernak pernik serba pink.

Front Pembela Islam (FPI) menegaskan, hari Valentine haram dirayakan umat Islam. Karena itu, Pemerintah Kota Depok didesak untuk mengeluarkan larangan tegas untuk tidak membiarkan para pelajar merayakan valentine.

Ketua FPI Kota Depok Habib Idrus Al Gadhri menegaskan budaya tersebut haram dan simbol perayaan orang kafir. Apalagi jika dirayakan dengan seks bebas.

“Ya itu haram, budaya orang kafir, budaya barat, simbol kemaksiatan, ironis saja kalau umat Islam rayakan itu, seks bebas. Berharap pemkot perketat itu,” tegasnya seperti dikuti Okezone, Selasa (12/02/2013).

Terkait dengan perayaan valentine, Wakil Wali Kota Depok DR HM Idris Abdul Somad mengajak kepada para orang tua untuk tidak memberikan kesempatan kepada putra putrinya merayakan hari valentine. Sebab, Valentine, kata dia, artinya memasrahkan diri kepada sang kekasih. “Untuk itu, laranglah anak-anak untuk merayakan valentine,” tegasnya.

Bahkan Idris mengungkapkan suatu data bahwa banyak pelajar Depok telah melakukan hubungan seks di luar nikah. “6 dari 100 pelajar di Kota Depok sudah melakukan free sex pra nikah,” tukasnya

Sementara Ketua DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim Alatas atau Habib Selon juga menegaskan, umat Islam haram merayakan Valentine Day. Valentine Day berbahaya bagi umat Islam, karena selain selain sebagai budaya kufur, Valentine Day juga menjadi sumber dan ajang kemaksiatan.

“Valentine itu hari kasih sayang ala Barat. Dalam perayaan Valentine terjadi banyak kemaksiatan, hingga perselingkuhan. Valentine menjurus ke legalisasi seks bebas,” tegas Habib Selon kepada itoday, Senin (11/2/2013).

Baca Juga

Menurut Habib Selon, Islam mengajarkan bahwa kasih sayang kepada sesama, suami-istri, anak-orang tua, dan kepada sesama tidak dibatasi hari tertentu.

Secara khusus Habib Selon juga mengomentari fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Selatan yang mempersilakan warga Muslim untuk merayakan ‘Hari Kasih Sayang’ atau ‘Valentine Day’ yang jatuh pada 14 Februari.

“MUI Sumsel itu bukan melarang, tetapi mencoba ‘meng-Islamkan’ Valentine, bukan untuk seks bebas, tetapi untuk memberikan kasih sayang kepada orang-orang yang dicintai seperti orang tua-anak. Saya kira MUI Sumsel mengambil momentum di hari Valentine agar tidak diisi hal-hal yang buruk,” kata Habib Selon.

Habib Selon atas nama FPI menghimbau agar umat Islam tidak merayakan Valentine Day. “Jangan merayakan Valentine Day. Lebih baik banyak berzikir kepada Allah, Shalawat kepada Nabi Muhammad,” pungkas Habib Selon.

Diberitakan sebelumnya, Ketua MUI Sumsel KH Sodikun, kepada wartawan di Palembang, Sabtu (9/2/2013), menyatakan MUI Sumsel tidak melarang masyarakat merayakan hari kasih sayang, asal berpedoman kepada ajaran agama.valentine-no valentines-jpeg.image

Astaghfirullah, untuk umat Islam, bagaimana mungkin merayakan valentine berpedoman dengan ajaran Islam? Sama halnya dengan Natal, Imlek, Waisak, Nyepi dan perayaan kafir atau musyrik lainnya, mana mungkin berpedoman dengan Islam?

Jangan kasih celah umat Islam untuk mendekati sesuatu yang haram! Mendekati saja, jangan! Lantas, apa susahnya menyatakan no untuk valentine? Jika celah itu dibuka atau dilonggarkan, bukankah itu sama dengan menjerumuskan? Di mana tanggung jawab seorang ulama? (okezone/itoday/salam-online)

Baca Juga