Klaim dari AS: Pesawat Tanpa Awak Bombardir Basis Al-Qaidah di Pakistan & Yaman, 4700 Orang Gugur
WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Sebanyak 4.700 orang, termasuk penduduk sipil, gugur dalam serangan bom pesawat tanpa awak Amerika Serikat, UAV. Demikian seorang senator Amerika Serikat mengungkap, sebagaimana dikutip media massa setempat, Rabu (20/2/2013).
Ini pertama kali seorang anggota parlemen atau pejabat pemerintah menyebut jumlah seluruh korban jiwa akibat UAV mereka, yang dikutuk kelompok-kelompok pendukung HAM, sebagai pembunuhan-pembunuhan di luar hukum.
Jumlah korban dari ratusan serangan peluru kendali yang dilakukan pesawat tanpa awak itu terhadap Mujahidin Al-Qaidah di Pakistan, Yaman, dan di tempat-tempat lain tetap tidak diketahui. Para pejabat Amerika Serikat menolak membicarakan secara terbuka rincian dari serangan-serangan itu.
Tetapi senator dari Partai Republik, Lindsey Graham, pendukung kuat serangan pesawat mata-mata itu, secara terbuka menyebut jumlah korban melebihi dari beberapa perkiraan kelompok independen.
“Kita telah membunuh 4.700 orang,” kata Graham yang dikutip Easley Patch, satu laman setempat, meliputi kota kecil Easley, di South Carolina.
“Kadang-kadang Anda menghantam penduduk yang tidak bersalah, saya membenci itu, tetapi kita dalam situasi perang, dan kita harus melumpuhkan para anggota senior Al-Qaidah,” kata Graham kepada Rotary Club Easley.
Seorang juru bicara mengatakan kepada AFP bahwa senator itu mengutip data yang telah dipublikasikan dan disebarkan di surat-surat elektronik.
Angka yang dikutip Graham lebih tinggi dari Bureau of Investigation Journalism yang berpangkalan d London. Kelompok itu mengatakan jumlah korban gugur akibat serangan-serangan di Pakistan Yaman dan Somalia antara 3.072 dan 4.756 orang.
News America Foundation yang bermarkas di Washington mengatakan ada 350 serangan pesawat mata-mata AS sejak tahun 2004, sebagian besar selama pemerintah Presiden Barack Obama.Yayasan Amerika itu memperkirakan jumlah korban tewas antara 1.963 dan 3.293, dengan 261 sampai 305 warga sipil.
Badan-badan intelijen AS dan Gedung Putih menolak mengungkapkan rincian tentang serangan-serangan itu, yang secara resmi termasuk rahasia, tetapi para pejabat memperkirakan tidak banyak warga sipil yang tewas. (antara/salam-online)