Seorang Cina Mualaf pun Jadi Korban Pengeroyokan Preman Kafir di LP Salemba

rutan-salemba-jpeg.image JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pengeroyokan yang dilakukan ratusan preman kafir narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Salemba (LP Salemba), Jakarta, terhadap dua orang tahanan aktivis Islam, Yusuf dan Atho’, Senin (11/3/2013) ternyata mengakibatkan korban lainnya. Halim, seorang tahanan Cina mualaf juga turut dikeroyok.

Keterangan ini diperoleh setelah kontributor Suara Islam Online, Abu Husam, mengunjungi LP Salemba, Selasa dan Rabu kemarin. Halim adalah seorang mualaf etnis Cina yang dibina oleh para aktivis Islam di LP Salemba.

Menurut salah seorang narapidana, Handzalah, Halim dikeroyok oleh sembilan orang setelah mengantarkan dua aktivis lainnya yang menjadi korban pengeroyokan, ke klinik.

Sementara itu, Ali Umar Yusuf, korban pengeroyokan para preman itu menceritakan sebenarnya tidak ada masalah antara dirinya dengan para narapidana preman kafir itu.

“Tidak ada, awalnya saya berdua (dengan temannya, Roki Aprisdianto alias Atho’, red) sedang melintas akan menuju ruang kunjungan. Tiba-tiba salah satu preman kafir menegur saya dengan nada kasar. ‘Hai! Mau kemana kau?’ Saya jawab mau ke ruang kunjungan. ‘Dari blok mana kau?’ Belum sempat menjawab tiba-tiba salah satu preman itu emosi dan menyerang saya, dengan sembilan orang kafir Ambon lainnya’,” ungkap Yusuf.

Karena terjadi keributan, Yusuf, Atho’ dan para preman kafir anak buah narapidana kasus penyerangan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Irene Sophia Tupessy itu akhirnya dibawa oleh petugas Lapas.

“Ketika kami melintas di lapangan, di situ ada salah satu kafir yang memprovokasi sehingga penghuni lapas Blok A berteriak-teriak mengancam, dan seperti ada komando dari mereka, tiba-tiba pintu Blok A dibuka hingga akhirnya ratusan kafir dan napi lainnya keluar mengeroyok kami,” lanjutnya.

Menurut Yusuf, kondisi seperti ini penuh kejanggalan. Semua blok harusnya dikunci, tetapi pada blok A yang dihuni oleh tahanan narkoba tidak terkunci. “Mengapa semua blok dikunci kecuali Blok A yang dihuni oleh tahanan narkoba,” tanyanya.

Yusuf dan Atho’ yang dikeroyok oleh ratusan preman itu akhirnya tidak sadarkan diri. Keduanya diseret oleh mereka hingga kakinya terluka kena aspal. “Menurut saksi dari napi lain dan ikhwan-ikhwan di sini, mereka menggunakan senjata di antaranya seperti sikat gigi yang ditajamkan, pisau dan pisau lipat,” ungkapnya.

Baca Juga

Sayangnya, atas peristiwa ini petugas Lapas tidak bisa berbuat banyak. “Petugas saat itu banyak. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena banyaknya preman dari Blok A yang menyerang kami,” ceritanya.

Qishas atau Minta Maaf

Atas kejadian ini Yusuf meminta supaya dilakukan hukuman tindak balas (qishas). Jika tidak bisa ia meminta supaya para preman penyerangnya meminta maaf.

“Dengan catatan mereka tidak akan melakukan perbuatan bejatnya terutama yang merugikan umat Islam, di LP mana pun maupun di luar. Karena para preman kafir itu sering sekali merugikan umat Islam, seperti tidak mau bayar kontrakan, tidak mau makan jika makan di warung,” katanya.

Menurut Yusuf, para pengeroyok  itu sebagian dari kelompok Edo. Preman dari Kampung Ambon yang beberapa waktu lalu melakukan penyerangan ke RSPAD.

Selain ruang tahanan mereka tidak digembok, menurut pengukuan para tahanan aktivis Islam, para preman itu seperti mendapatkan keistimewaan. “Mereka bebas menggunakan handpone, dan bahkan mereka juga bisa menggunakan sabu,” katanya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto, mengakui adanya kasus ini. “Kejadiannya Senin (11/3) pagi,” kata Rikwanto di Jakarta, Senin (11/3/2013).

Menurut Rikwanto, pihak LP memindahkan kelompok Irene ke LP Tangerang, Banten, guna menghindari bentrokan susulan. (SI Online)

Baca Juga