BANDUNG (SALAM-ONLINE): Gerakan Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII) terekam dalam tinta sejarah republik ini.
Perjuangan DI/TII sebagai konsekuensi mereka tidak menerima terjadinya tipu daya terhadap umat Islam yang menginginkan Islam sebagai Dasar Negara.
Bahkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang dicoret, merupakan bentuk pengkhianatan yang lain terhadap Islam dan kaum Muslimin saat itu.
Maka, kini, gerakan yang diproklamirkan Sukarmadji Maridjan Kartosuwirjo itu menjadi bagian sejarah perjalanan Bangsa Indonesia.
Salah satu saksi bisu gerakan DI/TII ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Bandung. Sebuah ambulans yang membawa pimpinan tertinggi DI/TII, Kartosuwirjo, pada 4 Juni 1962.
Waktu itu, Peleton 2 Kompi C Yon 328/Siliwangi di bawah pimpinan Letda Suhanda berhasil menyergap Kartosuwirjo di salah satu tempat persembunyiannya di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.
“Dalam penangkapan itu, Kartosuwirjo sedang sakit dan dibawa pakai ambulans ini,” terang pemandu Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Ucu Prihadi.
Mobil produksi Chevrolet Karoseri General Motors Jakarta itu merupakan sumbangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Bentuknya yang besar dan kokoh membuat mobil klasik itu dinamai si Gajah.
Mobil itu beroperasi mulai 1947. Pada 1957 hingga 1962, si Gajah rutin digunakan oleh RS Majalaya.
Ucu melanjutkan, meski sudah tua, si Gajah masih bisa jalan. “Masih bisa jalan meski sudah 30 tahun enggak dipakai,” ujarnya.
Bahkan, pada peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) kemarin, si Gajah sempat dipajang di Jalan Cikapundung, Bandung.
Selain itu, masih banyak benda bersejarah lainnya yang menjadi koleksi Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Ada lukisan penangkapan Kartosuwiryo hingga Pagar Betis, operasi yang menumpas para pejuang DI/TII di Jabar. (okezone), salam-online