Para Pejuang Suriah Jadi Target Serangan Drone

DroneAmerikaYamanbiru-jpeg.imageSALAM-ONLINE: CIA telah melakukan ancang ancang untuk menjalankan rencana cadangan guna melindungi kepentingan Amerika dan sekutunya terkait perkembangan perang di Suriah.

Badan intelijen Amerika ini telah menyebar agen agennya untuk mendata tokoh-tokoh yang mereka anggap sebagai “ekstrimis” dan “teroris”. Karenanya, AS akan menjadikan drone—pesawat tanpa awak—sebagai ‘senjata’ andalan yang akan menyasar target.

Pusat Counter-terrorism CIA’s yang selama ini menjalankan misi pembunuhan menggunakan drone di Pakistan dan Yaman, mulai mengalihkan perhatiannya pada target target pejuang Suriah.

CIA menargetkan, serangan drone yang selama ini diarahkan pada pejuang Al-Qaidah di Irak, kini mulai bergerak ke Suriah, demikian lansir www.japantimes.co.jp, belum lama ini.

Sejauh ini, menurut laporan itu, CIA telah berusaha melokalisir keberadaan tokoh kunci pejuang Al-Qaidah. CIA juga memberikan masukan kepada Gedung Putih mengenai alternatif rencana jika hasil pengamatan perang di Suriah yang telah berjalan 2 tahun dan menelan korban lebih dari 70.000 itu, ternyata berkembang menjadi surga bagi “teroris”.

Hal ini berkali kali ditegaskan oleh pejabat CIA dan Pentagon. Proposal lain yang diajukan kepada Presiden Obama juga meliputi rencana penghancuran pusat penyimpanan senjata kimia, yang telah dimonitor  oleh CIA dan dicurigai digunakan oleh rezim Basyar Asad untuk melawan para pejuang.

Tampaknya, Amerika tak mau ambil risiko jika depot senjata kimia ini suatu saat jatuh ke tangan milisi Al-Qaidah, seiring dengan kemenangan mereka di beberapa fron akhir-akhir ini.

Selain itu, Amerika juga tidak ingin penggunaan senjata kimia ini akan berdampak sampai ke Wilayah pendudukan “Israel”. Petugas yang menganalisis target serangan drone di Suriah ini berada di kantor pusat CIA di Langley, Virginia. Petugas tersebut mengatakan bahwa operasi intelijen untuk persiapan serangan drone ini melibatkan agen rahasia dari berbagai negara seperti Saudi dan Yordania.

Amerika mulai mengkhawatirkan perkembangan konflik di Suriah ini ketika para pejuang yang mereka anggap militan mulai memenangkan peperangan di berbagai front.

Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mengatakan, salah satu kelompok Mujahidin terkuat, yaitu Jabhah An-Nusrah yang mereka sebut sebagai kelompok “teroris”, berbeda dengan milisi Al-Qaidah di Irak.

Baca Juga

Meski demikian, berdasarkan informasi resmi dari Washington, sejauh ini Presiden Obama belum memberikan izin penyeragan drone ke Suriah. Namun, tetap saja kemungkinan penggunaan pesawat tanpa awak ini jadi pertimbangan.

Paling tidak, sejauh ini, di hadapan publik, Gedung Putih telah membatasi peran Amerika dalam konflik Suriah. AS hanya mengirim bantuan obat dan makanan kepada oposisi yang hendak menggulingkan Asad, termasuk bantuan kepada negara tetangga Suriah yang kebanjiran hampir 1 juta pengungsi.

Walaupun beberapa negara sekutu Amerika telah melibatkan diri dengan mendukung senjata dan amunisi bagi oposisi, namun Obama masih mendiamkan proposal yang menyarankan Amerika agar berperan lebih agresif lagi dalam perang Suriah ini.

Beberapa mantan petinggi CIA menyatakan nada skeptisnya tentang penggunaan drone di Suriah, karena hal ini akan mengakibatkan konflik terbuka dengan Suriah dan mengundang protes dari Rusia.

“Jika memang kita bisa melakukan ini, kenapa tidak sejak dulu kita menggunakan drone untuk menyerang?” Demikian komentar mantan petinggi CIA tersebut.

Maka, bagaimanapun ceritanya, AS dan sekutunya tengah menanti waktu yang tepat untuk saatnya menghabisi Mujahidin setelah rezim Asad sudah tak berdaya. Jika demikian, Mujahidin tentu tak berdiam diri. Peperangan akan semakin dahsyat.

Suriah-jabhah nushrah-jpeg.image
Jabhah Nushrah

Kekuatan kufur akan bersatu memerangi kaum Muslimin di Bumi Syam yang diberkahi. Dan, Mujahidin, insya Allah akan menyatukan kekuatannya menghadapi penjahat-penjahat bumi. Allahu Akbar! (Abu Akmal Mubarok/Salam Online)

Baca Juga