Militer Mesir Perintahkan Polisi untuk ‘Akhiri Demonstrasi’ Pro Mursi
KAIRO (SALAM-ONLINE): Militer memerintahkan polisi untuk mengakhiri aksi protes yang dilakukan pendukung Presiden Mesir Mohammad Mursi di ibukota Kairo.
“Kabinet memutuskan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk menghadapi risiko dan mengakhiri aksi mereka,” kata pejabat terkait dalam pengumuman di televisi.
Pernyataan tersebut mendefinisikan demonstrasi lanjutan ini sebagai “sebuah ancaman keamanan nasional”.
Tiga pemimpin Ikhwanul Muslimin juga telah dibawa ke pengadilan dengan tuduhan menghasut untuk kekerasan.
Pendukung Mursi sudah melakukan aksi duduk dalam beberapa pekan terakhir sejak Presiden Mesir itu digulingkan pada 3 Juli 2013 lalu, hanya berselang satu tahun sejak terpilih.
Massa rakyat menolak ancaman militer sebelumnya untuk membubarkan aksi, meskipun serangan mematikan telah dilakukan pasukan keamanan.
Protes terpusat di lapangan dekat Masjid Rabaa al-Adawiya di bagian timur laut ibukota, dimana pembantaian dilakukan aparat keamanan pada Sabtu (27/7/2013), menyebabkan 70 orang gugur (ada yang menyebut 120), dan di lapangan Nahda dekat kampus utama Universitas Kairo.
Dilaporkan, total rakyat yang gugur dalam pembantaian yang dilakukan oleh tentara dan aparat kepolisian Mesir adalah 480 jiwa lebih, sekitar 8000 orang luka-luka, dan 1500-an orang anti kudeta ditangkap.
“Keberlanjutan dari situasi berbahaya di Rabaa al-Adawiya dan Nahda, dan aksi teror yang terus menerus, serta blokade jalan-jalan tidak lagi diterima karena ancaman keamanan nasional,” kata Menteri Informasi Dorreya Sharaf el-Din dalam pernyataan di televisi.
Dia mengatakan polisi sudah ditugaskan untuk mengakhiri unjuk rasa “sesuai hukum dan konstitusi”.
Pemerintahan produk kudeta sebelumnya memberi peringatan bahwa segala pelanggaran hukum akan ditindak “tegas”–meskipun militer, polisi dan rezim hasil kudeta sendiri telah melakukan pelanggaran konstitusi yag teramat parah.
Seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin mengatakan kepada BBC, bahwa rakyat pendukungnya tidak memiliki pilihan selain tetap tinggal. Dia mengatakan keputusan untuk membubarkan kamp sudah diambil oleh “sekumpulan geng yang mengambil alih negara dan mencoba untuk menipu warga yang memiliki hak berdemokrasi”.
Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, yang berhasil menemui Presiden Mursi mengatakan, bahwa presiden itu kini baik-baik saja dan ditahan dalam sebuah fasilitas militer. (bbc), salam-online