Mursi Tolak Rekonsiliasi yang Ditawarkan Uni Eropa
KAIRO (SALAM-ONLINE): Presiden Mesir Dr Mohammad Mursi yang dikudeta menolak rencana rekonsiliasi yang diajukan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton.
Seorang tokoh Jamaah Islamiyah, seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (31/7/2013) mengungkap hal ini. Mursi menolak “jalan keluar aman” yang ditawarkan oleh Ashton ketika keduanya berjumpa di sebuah tempat yang dirahasiakan.
Namun kemarin Ashton menyatakan bahwa dirinya tidak akan menawarkan “jalan keluar aman” jika Mursi berencana mengklaim kursi kepresidenannya. Rezim tidak sah buatan militer mengizinkan Asthon menemui Mursi yang sudah sebulan ini sengaja diisolir milter tanpa komunikasi.
Sumber tersebut juga menyatakan bahwa Mursi sedang dalam interogasi pihak miiter atas tuduhan spionase (mata-mata) serta membobol penjara pada 2001 lalu. Rupanya pihak militer Mesir sedang merekayasa skenario untuk membebankan tuduhan kepada Mursi yang digulingkan sejak 3 Juli lalu.
Ashton juga menyatakan pada Al-Arabiya, dia mengunjungi Kairo dengan membawa pesan yang jelas bahwa: tahanan politik harus segera dibebaskan. Ashton meninggalkan Kairo dengan helikopter militer dan menempuh perjalanan selama 2 jam untuk dipertemukan dengan Mursi
Ashton menambahkan, “Jika seseorang berada dalam posisi memimpin kemudian ditahan secara poliitik, maka segera perlu diperjelas, sebab membawa serta rakyat, menemukan jalan keluar ke depannya, dan membangun kepercayaan bagi rakyat jelas sesuatu yang vital bagi masa depan Mesir.”
Ashton menggambarkan Mursi sebagai “tokoh penting” dan pertemuan itu sebagai kesempatan untuk melakukan diskusi atas situasi yang terjadi.
“Saya jamin kepada dia bahwa saya tidak akan mewakili pandangan dia, sebab dia tidak akan berada pada posisi untuk menentang saya jika saya salah dan saya ingin berdiskusi dengannya bagaimana ia memandang situasi ini,” kata Ashton.
Dari sini jelaslah bahwa misi Ashton menemui Mursi adalah mewakili kepentingan Barat untuk menjajaki pandangan dan rencana ke depan Mursi dan Ikhwanul Muslimin terhadap situasi krisis di Mesir saat ini.
Hal ini penting bagi Barat untuk memutuskan strategi yang tepat dalam kaitan penanganan Mesir ke depannya. (Abu Akmal/salam-online)