Kiai di Jember: ‘Syiah Segelintir Saja Sudah Berani Bunuh Muslim’

Syiah-warga jember-bentrok-jpeg.imageJEMBER (SALAM-ONLINE): Bentrok di Puger, Jember, Jawa Timur, antara warga Muslim dengan penganut Syiah, Rabu (11/9), menyebabkan satu orang warga meninggal setelah kepalanya dibacok dan dikeroyok puluhan orang.

Korban meninggal diketahui bernama Eko Mardi, warga Desa Puger. Selain korban meninggal, dua lainnya mengalami luka parah di kepala dan kini masih dirawat di puskesmas setempat. Sementara polisi mengamankan tiga orang dalam kerusuhan ini.

Menurut salah seorang kiai, tokoh Islam Jember, penganut Syiah baru segelintir saja di Jember, tetapi sudah berani membunuh, bagaimana jika mereka lebih banyak lagi?

Di hadapan para wartawan media Islam saat berada di Kantor Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jakarta, Direktur Yayasan Pesantren Al Islam Ustadz Farid Achmad Okbah membacakan pesan pendek yang diterimanya dari salah seorang kiai, tokoh Islam Jember, Kamis (12/9). SMS itu berisi kekhawatiran kekejaman Syiah terhadap kaum Muslimin dan para ulama.

“Rakyat Kabupaten Jember jumlahnya 2 juta orang atau lebih, hanya beberapa gelintir saja yang Syiah, belum sampai ½ persennya, (tetapi) mereka berani membunuh (Muslim). Bagaimana nanti kalau sampai mereka mencapai 5 persen? Tidak mustahil jika para kiai dibantai,” bunyi pesan singkat yang diterima Ustadz Farid.

Karena itu, Ustadz Farid Okbah mengatakan perlunya kesiapsiagaan umat Islam Indonesia untuk menghadapi kekejaman Syiah—tak hanya di Suriah, Irak, dan lainnya—juga di Indonesia.

Adalah Eko Mardi (27), warga Jember, yang meninggal dunia, Rabu (11/9) setelah dikeroyok puluhan orang saat bentrok antara warga dengan penganut Syiah. Korban adalah saksi kunci pada aksi kekerasan (pemukulan) yang juga dilakukan pengikut Syiah pada Mei 2012 tahun lalu.

Pada aksi kekerasan yang berujung bentrok, Rabu (11/9) kemarin, dua masjid dirusak, puluhan perahu dan rumah warga hancur, beberapa sepeda motor dibakar, dan satu orang warga (Eko Mardi) meninggal, di samping beberapa lainnya mengalami luka parah.

Baca Juga

Menurut Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Polisi Awi Setiyono, bentrok dipicu saat warga menolak karnaval yang digelar Pesantren Darus Sholihin pimpinan Habib Ali bin Umar Al Habsyi yang oleh warga selama ini dikenal sebagai penganut Syiah.

Untuk menjaga dan mengantisipasi agar tak terjadi rusuh, pihak kepolisian tak mengizinkan karnaval itu. Dan, akhirnya semua pihak spakat untuk mematuhi larangan tersebut. Tapi ternyata kesepakatan dan larangan itu dilanggar oleh pihak ponpes Darus Sholihin pimpinan Habib Ali. Maka, bentrok pun tak terhindarkan.

Padahal, pesantren itu sebelumnya sudah menyepakati untuk tidak melakukan pengerahan massa demi menghindari amukan warga. Ternyata hal itu mereka langgar, demikian Sindonews melaporkan, Rabu (11/9/).

“Awalnya memang dipicu pro-kontra pelaksanaan karnaval. Kemudian terjadi saling serang. Dan, untuk mencegah kejadian lebih besar 500 personel kepolisian telah disiagakan,” ujar Awi, seperti dilansir sindonews, Rabu (11/9).

Menurutnya, pihaknya sempat memperingatkan adanya kemungkinan bentrokan, namun, lanjutnya, kubu Habib Ali tetap bersikukuh untuk melakukan pawai.

Akibat pihak penganut Syiah tak mematuhi larangan itu, terjadilah bentrok kedua kubu. Karnaval sendiri mendapatkan reaksi keras dari salah satu pengurus ranting NU Puger Kulon, Ustadz Fauzi. (salam-online)

Baca Juga