Perkumpulan Profesor di AS Boikot Akademi ‘Israel’
WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Sebuah organisasi perkumpulan para profesor di AS mengumumkan untuk memboikot institusi akademi ‘Israel’, Senin (16/12/2013).
New York Times memberitakan, langkah pemboikotan itu dilakukan The American Studies Association sebagai protes atas perlakuan ‘Israel’ terhadap bangsa Palestina. Dalam pemungutan suara via online terhadap sekitar 5 ribu anggotanya, tiga perempat di antaranya mendukung pemboikotan, pencabutan dan sanksi (BDS) terhadap institusi akademi ‘Israel’. Pemboikotan serupa juga dilakukan Association for Asian and American Studies pada April lalu.
Apa reaksi dari pihak yang diboikot?
“Ini seperti pengkhianatan di antara keluarga,” tutur Manuel Trajtenberg, salah seorang profesor ‘Israel’. ‘’Sangat menyedihkan, mengingat pemboikotan itu terjadi di AS,’’ kata Manuel, yang menyabet gelar doktornya dari Harvard dan kini mengajar di Tel Aviv University.
Selama ini ‘Israel’ dikenal dekat dengan institusi pendidikan AS maupun Eropa. Dua institusi ini cukup ampuh dalam menerapkan boikot BDS. Pekan lalu, sebuah perusahaan Belanda Vitens juga memutuskan hubungan bisnis dengan perusahaan air ‘Israel’ Mekorot, karena perlakuan ‘Israel’ terhadap Tepi Barat dan Timur Yerusalem. April lalu, persatuan guru Irlandia juga mendukung aksi boikot akademis terhadap ‘Israel’.
Begitu pula University and College Union, kelompok profesor terbesar di Inggris. Gara-gara serangkaian boikot itu, sejumlah institusi pendidikan ‘Israel’ kehilangan dana riset US$ 700 juta dari Uni Eropa. Sebuah panduan baru melarang anggota Uni Eropa melakukan investasi ke ‘Israel’.
Namun grup terbesar profesor AS, The American Association of University Professors, menentang aksi boikot itu.
“Bagi saya, boikot ini cukup mengerikan, karena komunitas akademi merupakan kelompok yang memiliki kebebasan berpikir dan berekspresi,’’ kata Avraham Burg, pendiri Molad, sebuah kelompok riset ‘Israel’.
Maka, jika institusi selevel akademis ‘Israel’ sampai diboikot, apalagi oleh para profesor di AS, tentu memang ada masalah yang sangat serius terhadap kaum yang hingga kini masih menjajah bangsa Palestina tersebut.
Alasan para profesor di AS memboikot institusi akademis ‘Israel’ lantaran perlakuan penjajah itu atas penduduk bangsa yang dijajahnya, Palestina, mestinya makin meyakinkan dunia bahwa ‘Israel’ memang kaum yang bermasalah di muka bumi ini, sehingga harus diperangi dan diusir dari tanah yang didudukinya.
Dan, kalau kaum kuffar saja memboikot sesama kafir bernama Zionis ‘Israel’, bagaimana dengan umat Islam yang tak peduli dengan bangsa Palestina yang dijajah si Yahudi ‘Israel’ sampai saat ini? (inilah/salam-online)