Untuk Pezina Solusinya Sanksi Tegas, Bukan Kondom
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pekan Kondom Nasional (PKN) yang digelar Kementerian Kesehatan banyak menuai kritik. Di antaranya dari Psikiater Prof Dr Dadang Hawari yang dengan tegas membantah argumen Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam menanggulangi HIV/AIDS. “Jadi beliau ini salah besar! Saya berani katakan demikan,” tegasnya kepada mediaumat.com, Ahad (1/12) melalui sambungan selular.
Ahad (1/12) pagi, dari Washington DC Menkes Nafsiah menyatakan kepada mediaumat.com alasan mengapa digelar Pekan Kondom Nasional. “Bagi orang yang kurang kuat imannya dan tetap mau melakukan perilaku seks berisiko, paling tidak, usahakan untuk tidak tertular dan menularkan penyakit, artinya selalu pakai kondom,” dalihnya.
Jadi, menurutnya, yang menjadi sasaran dalam PKN yang digelar pada hari ini hingga 7 Desember mendatang adalah kantong-kantong seks berisiko. “Semua yang melakukan seks berisiko, terutama laki-laki dan perempuan di tempat-tempat pelacuran atau seks berisiko,” tegasnya.
Mendengar alasan itu, psikiater terkemuka Prof Dadang Hawari menjawab dengan nada tinggi, “Kalau untuk ‘orang yang tidak beriman’ dibikin beriman dong, jangan dikasih fasilitas. Ini difasilitasi untuk berzina. Seolah-olah berzina itu halal, padahal haram. Meskipun pakai kondom, tetap haram, jajan tetap haram!”
Menurut Dadang, solusi yang tepat adalah diadakannya kampanye keimanan dan sanksi yang tegas bagi pelaku zina. “Solusinya seharusnya ditingkatkan keimanan dan sanksi bagi yang berzina. Aneh, kalau pakai narkoba dilarang, kalau seks bebas tidak dilarang. Di mana logikanya? Tidak masuk akal! Ini kondom hanya untuk orang yang kurang iman, yang berisiko. Mengapa kita memberi peluang pada risiko itu? Jangan diberi peluang!” tegasnya dengan nada semakin meninggi.
Pada mediaumat.com, Ibu Menteri pun menyatakan bahwa kondom sekarang tidak berpori, jadi akan aman digunakan untuk mencegah kehamilan dan virus HIV/AIDS. “Bila dipakai dengan tepat, benar dan konsisten, sangat efektif, hampir 100%. (Karena, red) sekarang yang dipakai adalah kondom dari latex yang tidak berpori, dan makin banyak bukti-bukti yang menunjukkan efektivitas kondom untuk pencegahan penyakit maupun kehamilan yang tidak direncanakan,” ujarnya.
Kontan saja, pernyataan itu pun dibantah Dadang. “Saya bisa pastikan salah besar! Karena kondom dibuat dari latex, berarti berserat berpori-pori. Kalau tidak berserat dan tidak berpori-pori itu dari plastik. Ukuran pori-porinya 1/60 mikron, kecil sekali. Kondom dirancang untuk Keluarga Berencana, untuk mencegah sperma. Ukuran virus dibanding sperma 1/450 kali lipat. Jadi virus HIV sangat kecil sekali di banding sperma yang bentuknya seperti kecebong itu.”
Dadang pun menyatakan penelitian di Indonesia lima tahun yang lalu untuk KB dengan kondom gagal 20 persen. “Apalagi untuk HIV/AIDS! Sekarang kenyataannya, dengan menggunakan kondom ternyata semakin banyak pula yang terkena HIV/AIDS, padahal kampanye sudah bertahun-tahun, pengidap HIV/AIDS semakin banyak, bukannya menurun.”
Ia juga menyebutkan hasil penelitian lain. “Di Amerika, 1/3 jumlah kondom yang beredar di pasar bocor. Kesimpulan dari penelitian dari Badan POM di Amerika tahun 2005, tidak dikampanyekan lagi kondom karena mulai gagal. Kondom untuk sperma bukan untuk virus HIV yang sangat kecil,” pungkasnya. (joko prasetyo/media umat/salam-online)