JAKARTA (SALAM-ONLINE): Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, bagi wartawan yang turut meliput aksi penggerebekan “teroris” pasti akan mendapati kejanggalan. Sejak awal proses persiapan penangkapan hingga pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian masih menyisakan banyak tanda tanya.
Berikut beberapa kejanggalan yang ditemukan oleh tim data dan riset Kiblat.net seputar penggerebekan di Ciputat pada Selasa (31/12) lalu:
1. Dayat Kacamata yang disebut polisi sebagai pimpinan kelompok ‘teroris’ dinyatakan oleh polisi tewas karena ditembak saat akan melarikan diri dari kejaran polisi. Namun, laporan dari warga ternyata berbeda. Saat itu, menurut penuturan Simon, salah satu tetangga korban penembakan, Dayat hendak pergi untuk mencari makan yang diantar oleh Irwan. Irwan ini juga merupakan salah seorang tetangga kontrakan. Awalnya, ia ditangkap dan dituduh ‘teroris’. Namun, karena tak terbukti, akhirnya ia dibebaskan.
2. Di antara yang menjadi korban penembakan polisi di Ciputat, tersebutlah nama Hendi dan Nurul Haq alias Dirman alias Jeck. Keduanya adalah DPO polisi atas kasus penembakan aparat polisi di wilayah Pondok Aren. Mereka juga dituding terkait sejumlah aksi perampokan. Namun, medio September lalu,situs berita liputan6.com pernah memberitakan dengan mengutip pernyataan dari Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Slamet Riyanto, bahwa Nurul Haq alias Jeck sudah ditangkap oleh Polda Metro Jaya yang juga turun dalam aksi penggerebekan di Ciputat kemarin. Lantas, sebenarnya kalau sudah ditangkap, kenapa Si Jeck bisa ada di rumah kontrakan itu dalam keadaan terbunuh?
3. Seperti diberitakan di Tempo.co, polisi sudah berjaga di lokasi sejak pukul 10 pagi hari. Sekitar pukul 17.00, Tim Densus 88 dan Resmob baru mulai mengevakuasi warga dan pukul 19.00 baru terdengar suara tembakan. Warga memang mengakui mendengar suara tembakan, namun tidak jelas siapa yang menembak dan arahnya dari mana. Mengapa Tim Densus 88 harus menunggu sampai malam tahun baru untuk menyergap para terduga, sementara para lelaki malang itu sudah berada di kontrakan sejak pagi?
4. Seperti diceritakan salah seorang wartawan senior ANTV, Hanibal Wijayanta, kejanggalan juga terjadi saat ada nomor polisi yang konon disimpan di bagasi motor salah satu pelaku. Hanibal mendengar kisah itu dari seorang perwira polisi kepada detik.com. Apakah semudah itu nomor polisi motor rampasan disimpan oleh pelaku? Selain plat nomor, polisi juga mendapatkan hasil print out sejumlah nama wihara yang menurut polisi akan jadi sasaran selanjutnya. Hanibal, yang rajin meneliti berita terorisme mempertanyakan hal itu, “Emang penjahat suka mengoleksi barang bukti untuk jadi memorabilia?”
5. Hanibal juga menceritakan bahwa ada salah seorang anggota polisi yang memberitahu tim liputan yang dipimpinnya. Sekitar pukul 8 malam kemarin seorang polisi menelpon tim liputannya dengan runtut, dan menjelaskan bahwa saat itu mereka sedang mengepung tersangka ‘teroris’, dan seolah tidak ada ketegangan yang terjadi. Padahal saat itu pula suara tembakan gencar terdengar. “Namun, setelah kami coba dengar dengan seksama, suara tembakan itu tampaknya adalah suara tembakan kosong peluru hampa. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Hanibal.
6. Beberapa saksi mata yang ditemui oleh para wartawan, bercerita bahwa para lelaki malang yang terbunuh itu jauh dari kesan radikal dan fundamentalis sebagaimana yang kerap dituduhkan oleh pihak BNPT. Bahkan, dua di antara mereka ada yang suka ngobrol dengan pemuda kampung. (sdqfajar/kiblat)
salam-online