Bertahun-tahun dalam Siksa Dunia, Sang Jagal Warga Palestina Itu Kini Sekarat

Zionis-kondisi ariel sharon terkini-jpeg.imageSALAM-ONLINE: Siapa yang tak tahu peristiwa pembantaian Sabra dan Shatila, pada 18 September 1982 silam.

Sebanyak 2.000 pengungsi warga Palestina di kamp Sabra dan Shatila, Lebanon, dibantai oleh kelompok milisi di bawah komando Menteri Pertahanan ‘Israel’ (saat itu), Jenderal Ariel Sharon.

Dalam pembantaian itu, Sharon menggunakan bermacam cara untuk mengakhiri hidup warga Palestina di kamp pengungsian.

Dari penyelidikan tim independen, diketahui Sharon memerintahkan pembunuhan, penyembelihan, penindasan dan banyak cara lainnya.

Mulai dari anak-anak, wanita, remaja hingga orang tua dibunuh secara membabi buta.

Beberapa kebiadaban Ariel Sharon saat pembantaian di Kamp Sabra dan Shatila:

1. Sharon mengambil seorang bayi dari ibunya dan dilempar ke dinding.
2. Seorang anak perempuan berusia 10 tahun digorok dengan kejam dan matanya diambil.
3. Sekumpulan keluarga, disuruh berbaris di depan rumah dan ditembak.
4. Wanita hamil, digorok dengan kaki terbuka luas, dan mengiris perut wanita hamil tersebut, kemudian ia meninggalkan perempuan itu hingga menemui ajal bersama kandungannya.

Namun, di masa tuanya, Ariel Sharon kini tak ubahnya mayat hidup.

Mantan Perdana Menteri ‘Israel’ periode 2001-2006 itu, mengalami koma bertahun-tahun, kondisinya sangat mengenaskan.

Secara medis, Sharon sudah dinyatakan tidak mampu lagi bertahan hidup.

Anehnya, deteksi alat-alat medis yang menempel di tubuh Sharon masih mendeteksi degup jantung tukang jagal di Sabra dan Shatila itu.

Pemerintah ‘Israel’ sendiri malu untuk merilis dan mengungkap kondisi sebenarnya yang dialami Sharon itu.

Menurut laporan itu, berat badan Sharon kini hanya tinggal 15 kg saja, sejak dinyatakan koma beberapa tahun silam.

Dokter yang merawatnya menyatakan kondisi Ariel Sharon akan terus koma hingga umur 90 tahun. Benar-benar siksaan dunia.

Bertahun-tahun dalam Siksa Dunia, Kondisi Ariel Sharon Terus Memburuk

Sejak mengalami stroke pada Januari 2006, kondisi kesehatan mantan Perdana Menteri penjajah ‘Israel’ Ariel Sharon terus memburuk, bahkan dalam keadaan tak sadarkan diri.

Sharon yang saat ini berusia 85 tahun, tengah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Tel Hashomer, Tel Aviv, akibat menderita gagal ginjal sejak Rabu, 1 Januari 2014. Juru bicara rumah sakit mengatakan, kesehatan Sharon mengalami penurunan selama beberapa hari ini. Demikian keterangan pihak rumah sakit seperti disiarkan Al Jazeera pada  Kamis, 2 Januari 2014.

Sejak mengalami stroke pada Januari 2006, berbagai upaya telah dilakukan tim dokter guna memulihkan kesehatan orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembantaian di kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila ini.

Pada Februari 2006, para dokter di Rumah Sakit Hadassa telah memasukkan Ariel Sharon ke ruang operasi khusus. Ia memiliki luka membusuk dan tidak sadarkan diri selama beberapa pekan. Operasi tersebut dilakukan untuk menyambung bagian-bagian ususnya yang telah membusuk dan telah menyebar ke bagian tubuh lain.

Pada September 2013, Sharon menjalani operasi di bagian perut untuk memperbaiki masalah dalam sistem infusnya. Operasi yang berlangsung selama satu jam itu telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya.

Para dokter spesialis ‘Israel’ dan Amerika Serikat pada Januari 2013 mengatakan, Sharon telah menunjukkan aktivitas otaknya secara signifikan melalui scan MRI. Dia bisa merespon foto-foto keluarganya tujuh tahun silam setelah mengalami stroke.

Laporan komisi investigasi ‘Israel’ pada tahun 2003, menyimpulkan bahwa para pemimpin ‘Israel’ bertanggung jawab atas pembunuhan di kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila, di Lebanon. Saat itu, politikus dari Partai Likud ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang dianggap secara pribadi harus bertanggung jawab karena mendukung kekerasan mematikan.

Sharon, terakhir, menjabat sebagai Perdana Menteri ‘Israel’ dari 2001-2006. Dia memimpin militer ‘Israel’ dalam menghadapi perlawanan Palestina, yang dikenal dengan sebutan Intifadhah Kedua, yang berakhir pada 2004. (lensa indonesia/aljazeera/dakwatuna)

salam-online

Baca Juga
Baca Juga