Ini Propaganda Musuh, Media Islam Jangan Beritakan Isu Konflik di Antara Mujahidin
YOGYAKARTA (SALAM-ONLINE): Mencuatnya isu konflik di antara para pejuang yang berjihad di Suriah tak lepas dari peran media musuh-musuh Islam yang gemar menghembuskan propaganda. Hal itu dilakukan agar terjadi perpecahan di antara kaum Muslimin yang ingin menegakkan syari’at Islam di mana pun mereka berada.
Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), DR Muinudinillah Basri, MA menegaskan bahwa media Islam harus turut berperan untuk meredam propaganda yang dilakukan oleh musuh.
Menurutnya, media Islam bertugas untuk ikut andil dalam upaya merealisasikan syariat Islam. Di antara tujuan syariat Islam adalah untuk merealisasikan maslahat dan menghindarkan madharat.
“Jadi ketika di sana (Suriah, red) ada konflik di antara internal Mujahidin, apa ada maslahatnya itu kita blow up? Kan tidak. Karena Allah SWT mengecam orang-orang yang suka menyebarkan berita keji di antara kaum Muslimin. Termasuk juga, Islam tidak suka jika kita menyebarluaskan berita-berita konflik di tengah Mujahidin,” ujar DR Muin kepada para wartawan setelah menyampaikan materinya di acara Jagongan Nasional di Omah Dakwah Jogokariyan, Yogyakara, pada Sabtu (18/1/ 2014).
Ketua Program Pasca Sajana Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta ini juga menjelaskan bahwa penawar hati untuk kalangan Mujahidin bukan dengan cara dibesar-besarkannya konflik di antara mereka. Namun, harus ada upaya dari media Islam untuk menyatukan langkah para Mujahid agar cepat mendapatkan kemenangan.
“Mestinya ada upaya untuk menyatukan mereka, memperingatkan mereka akan bahayanya konflik kalau mereka (berjibaku dengan) konflik tidak akan mendapatkan kemenangan,” ujarnya.
Selanjutnya, ia juga menyarankan agar media Islam menyebarkan nilai-nilai yang menyebabkan hati para Mujahidin semakin bersatu ketika membaca berita-berita yang tersebar di kalangan umat Islam. Di antaranya adalah secara tidak langsung memunculkan bahaya-bahaya yang akan muncul jika terjadi perpecahan di kalangan umat Islam itu sendiri.
“Jadi semua perpecahan di kalangan Mujahidin tidak perlu diblow-up, karena ketika diblow-up orang yang membantu akhirnya mundur,” tegas DR Muin.
Kemudian, selain akan menyebabkan bantuan kepada para Mujahidin berkurang, berita perpecahan tidak ada manfaatnya sama sekali dan hanya akan menimbulkan hilangnya optimisme. Padahal, hilangnya optimisme ini adalah sesuatu yang haram dan akan melahirkan keputusasaan.
“Min husnil Islam tarkuhu ma la ya’niihi,” tukas DR Muin mengutip sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi w sallam. Di antara kebaikan seorang Muslim adalah ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya. (sdqfajar/kiblatnet)
salam-online