YKS Trans TV Lecehkan Ustadz
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Tayangan ‘Yuk Keep Smile’ (YKS) di Trans TV kembali menampilkan tayangan tak beradab. Program yang menuai kecaman karena goyang oplosan itu melakukan pelecehan terhadap para ustadz (asatidz).
Dalam tayangan tersebut, presenter Ananda Omesh (yang berakun Twitter @omeshomesh), menirukan gaya para ustadz secara berlebihan dan cenderung melecehkan.
Asatidz yang dilecehkan di antaranya Aa Gym, Arifin Ilham, Yusuf Mansyur. Parahnya lagi, Omesh menirukan gaya ustadz yang sudah wafat, Ustadz Jefry Al Buchori. Tidak hanya Omesh, kru TransTV juga melakukan hal yang sama.
“Bubarkan YKS! Karena melecehkan asatidz!” tulis pemilik akun @askungmuhammad di jagat Twitter, Rabu (29/1), seperti dikutip nabawia.com
Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memberikan teguran tertulis kepada Trans TV terkait program ‘Yuk Keep Smile’ atau YKS yang dinilai telah melakukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI 2012.
Sujarwanto Rahmat selaku Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Pusat mengatakan, teguran tertulis tersebut diberikan berdasarkan kewenangan menurut Undang-Undang (UU) 32/2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis yang dilakukan KPI.
Namun pihak “Trans TV” yang diwakili A Hadiansyah Lubis selaku PR Manager “Trans TV” justru punya pandangan lain.
Menurutnya, program YKS sekarang bukan hanya milik Trans TV, tetapi seluruh pemirsa karena menyentuh dan menghibur berbagai lapisan masyarakat serta usia, dan selalu dinantikan kehadirannya.
“YKS mampu memecahkan kejenuhan pemirsa atas tayangan yang ada selama ini sehingga program ini menjadi besar dan fenomenal. Salah satu sisi positifnya, YKS Justru sangat ampuh menjadi magnet untuk menunjukkan kebersamaan di berbagai kalangan masyarakat Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Beritasatu.com, Sabtu (4/1).
Sumber salam-online di Trans TV mengakui bahwa tayangan seperti YKS itu diprioritaskan karena menguntungkan dari segi pendapatan iklan. “Jadi pemilik TV tak masalah, asalkan dari segi bisnis mendatangkan uang, urusan akhlak dan moral belakangan, yang penting fulus,” akunya. (nabawia/salam-online)