Hasil Survei: 100 % Anak-anak di Lokalisasi Setuju Dolly Ditutup

Surabaya-salah satu sudut di lokalisasi prostitusi Dolly-jpeg.image
Salah satu sudut di lokalisasi prostitusi Dolly

SURABAYA (SALAM-ONLINE): Penutupan lokalisasi pelacuran ‘Dolly’ dan ‘Jarak’ yang digagas oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya rupanya mendapatkan dukungan dari anak-anak yang tinggal di kedua lokalisasi tersebut.

100 persen anak-anak di sekitar kawasan Dolly dan Jarak setuju tempat maksiat itu ditutup. Mereka beralasan, kehadiran tempat itu tidak ada manfaatnya bagi mereka.

Temuan ini terungkap dari hasil penelitian survei yang dilakukan oleh Ikatan Da’i Lokalisasi (IDIAL) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim yang dilakukan selama Desember 2013 sampai Januari 2014.

“Mereka yang setuju penutupan adalah mereka yang rata-rata menjadi ‘korban’ dari bisnis prostitusi tersebut, mengapa? Karena memang mereka tidak mendapatkan manfaat sedikit pun dari aktivitas prostitusi di kedua lokalisasi tersebut. Terutama anak–anak, 100%  yang tinggal di lokalisasi tersebut menyatakan setuju Dolly dan Jarak ditutup secepat mungkin,” demikian disampaikan Ansori dari IDIAL, Rabu (28/5).

Dalam penelitian tersebut dilakukan survei terhadap 50 responden yang terdiri dari WTS, pramujasa, pedagang UKM, Ibu Rumah Tangga dan anak-anak.

Dalam penelitian yang bersifat kualitatif tersebut semua responden diwawancarai dengan panduan pertanyaan yang dilakukan oleh Tim IDIAL Jatim.

Untuk responden yang tidak setuju penutupan rata-rata didominasi oleh mereka yang tergantung secara langsung terhadap aktivitas prostitusi karena khwatir kepastian ekonomi mereka setelah penutupan lokalisasi. Mereka yang tidak setuju lokalisasi pelacuran ini ditutup seperti WTS (sebesar 65 %), mucikari (100 %), Rumah Tangga (40 %), pedagang (50 %), pramujasa (80 %).

Baca Juga

Sedang mereka yang setuju penutupan adalah mereka yang rata-rata menjadi “korban“ dari bisnis prostitusi tersebut. Mengapa? Karena mereka memang tidak mendapatkan manfaat sedikit pun dari aktivitas prostitusi di kedua lokalisasi tersebut.

Terutama anak–anak, mayoritas anak-anak yang tinggal di lokalisasi tersebut menyatakan setuju Dolly dan Jarak ditutup secepat mungkin.

Umumnya anak-anak berpendapat setuju penutupan karena mereka terganggu terhadap aktivitas prostitusi.

Adapun hal-hal yang dirasa mengganggu menurut anak–anak tersebut adalah: seringnya anak melihat WTS berpakaian seronok, melakukan adegan ciuman dan mabuk di tempat terbuka, suara dentuman musik yang sangat keras pada jam-jam di saat anak-anak belajar, pertengkaran dan juga kata-kata seronok yang sering mereka dengarkan.

Ikatan Dai Area Lokalisasi dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim,  Februari 2012. Organisasi ini dibentuk guna mendukung program Pemprov Jatim dalam memberantas praktik prostitusi.

“IDIAL didukung 37 anggota Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Jatim yang  berkomitmen untuk memberantas 47 titik prostitusi yang tersebar di 38 kab/kota di Jatim,” kata Ketua IDIAL Jatim Soenarto. (hidayatullah.com)

salam-online

Baca Juga