Setelah 100 Tahun, Lokalisasi Dolly Baru Bisa Ditutup

Surabaya-Emha Anun Najib ceramah di gang dolly, surabaya-1-jpeg.image
Emha Ainun Najib saat ceramah di Lokalisasi Dolly, Surabaya

SURABAYA (SALAM-ONLINE): Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur bersama 58 ormas Islam se Jawa Timur mendukung upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya menutup lokalisasi Dolly.

Setelah 100 tahun usia Dolly, baru sekarang bisa ditutup. “Ini harus diapresiasi dengan membuat tulisan dan spanduk-spanduk, “ ujar Koordinator Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur Drs. H. Abdurrahman Aziz. “Kita mendukung penuh penutupan tanggal 19 Juni nanti, “ demikian disampaikan Ketua MUI Jatim KH Abdussomad Buchory, Kamis (8/5/2014) siang saat bertemu dengan 58 organisasi Islam di Kantor MUI Jatim, Jalan Dharmahusada Selatan, Surabaya.

Di antara ormas Islam yang tergabung dalam GUIB adalah PW Muhammadiyah Jawa Timur, PW Muslimat NU, GP Anshor Jawa Timur, PW Aisyiah, Perhimpunan Al-Irsyad Jawa Timur, DPW Hidayatullah Jawa Timur, Front Pembela Islam (FPI), Al Bayyinah, Forum Umat Islam, Dewan Dakwah Islam Indonesia, MIUMI Jatim, BKPRMI, IPM Jatim, Dewan Masjid Indonesia, Yayasan Keluarga Alumni Masjid Kampus Indonesia (Kampusina), Al Haromain Jawa Timur, Pelajar Islam Indonesia.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengusulkan lahan di Lokalisasi Dolly disulap menjadi fasilitas umum usai penutupan yang direncanakan sebelum bulan puasa tahun ini, agar bisa dimanfaatkan warga bersama keluarga. “Fasilitas umum seperti masjid besar dan taman atau apapun itu, asalkan sangat berguna bagi masyarakat,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya.

Penutupan Lokalisasi Dolly sudah dijadwalkan 19 Juni 2014 atau sekitar 10 hari menjelang 1 Ramadhan. Itu setelah Pakde Karwo berkoordinasi dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. “Dari hasil koordinasi sudah diputuskan bahwa Lokalisasi Dolly dipastikan tutup 19 Juni. Jadi, sebelum Puasa sudah tidak ada aktivitas lagi di sana,” ucapnya.

Kepastian waktu penutupan berdasarkan pertimbangan matang dari Pemprov dan Pemkot, termasuk menyiapkan segalanya, baik keperluan teknis maupun nonteknis. Dalam rentang waktu selama tiga bulan ini akan disiapkan penghuninya, termasuk pemilik wisma.

Baca Juga

Penghuni akan dibekali keterampilan, sedangkan pemilik akan diajak bicara menyangkut keberlangsungan wismanya. “Pemprov siap memfasilitasi apa yang diminta Pemkot Surabaya. Apakah menyangkut dana atau pelatihan para wanita tuna susila (WTS), termasuk kemudahan dalam pembelian wisma milik mucikari,” kata Pakde Karwo.

Meski awalnya diakui sulit menutup karena banyak pemodal besar atau mucikari yang memiliki wisma, namun Pakde Karwo juga mengaku sudah mendapat laporan dari Pemkot bahwa kendala tersebut perlahan mulai teratasi.

Upaya penutupan ini karena Pemprov maupun Pemkot melihat gejala sosial terhadap WTS sudah sangat memprihatinkan. Mereka rata-rata tercekik utang dengan mucikari, sehingga tidak bisa lepas. “Ke depan mereka diberi modal agar bisa berbisnis. Pemkot sudah menyiapkan skemanya. Bila perlu, Bank UMKM dikerahkan memberi kredit,” ujar mantan Sekdaprov Jatim tersebut.

Sedangkan, menanggapi unjuk rasa menentang penutupan Lokalisasi Dolly, orang nomor satu di Jatim itu menghargainya. Hanya saja, program melawan kemaksiatan harus diperjuangkan, salah satunya dengan menutup lokalisasi.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya tak berencana memulangkan para WTS, namun melakukan rekondisi terhadap mereka. “Tidak ada yang dipulangkan. Semuanya dibekali pelatihan dan keterampilan dengan harapan bekerja mandiri,” tuturnya. (antara/voa/siaga.co)

salam-online

Baca Juga