Senat AS Sebut CIA Brutal
WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Badan Intelijen Amerika Serikat (AS), CIA, disebut melakukan Interogasi Brutal terhadap mereka yang dijadikan tersangka “teroris” sepanjang tahun-tahun setelah serangan 11 September.
Teknik penyiksaan oleh CIA terhadap mereka yang dijadikan tersangka “teroris” dari Al-Qaidah ternyata jauh lebih brutal dibandingkan dengan yang sudah diketahui. Diungkap pula, teknik penyiksaan tidak menghasilkan data intelijen yang bermanfaat dan dikelola secara buruk, demikian kesimpulan laporan Senat AS seperti dikutip AFP.
CIA juga disebut telah menyesatkan Gedung Putih dan Kongres dengan klaim-klaim tidak akurat terkait kegunaan program dalam mencegah serangan.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa Presiden Barack Obama sendiri mengakui tindakan CIA tersebut kontraproduktif dan bertentangan dengan nilai-nilai.
”Berdasarkan pengertian istilah yang umum, tahanan CIA disiksa,” kata Ketua Komite Intelijen Senat dari Partai Demokrat, Dianne Feinstein, saat menyampaikan ringkasan laporan, Selasa (9/12) kemarin.
Presiden Barack Obama sebelumnya juga mengatakan bahwa berdasarkan pandangannya, teknik yang digunakan sama dengan penyiksaan.
Obama menyetop program interogasi CIA ketika menjabat presiden tahun 2009.
Laporan Komite Intelijen Senat yang tebalnya mencapai 6.000 halaman itu antara lain berisi banyak bukti-bukti, namun sebagian tergolong rahasia dan hanya ringkasan 480 halaman saja yang diumumkan.
Pengumuman laporan ini sempat tertunda karena adanya perbedaan pandangan di Washington tentang apa yang bisa diumumkan.
Pada masa pemerintahan Presiden George W Bush, operasi CIA atas Al-Qaidah—yang secara internal dikenal dengan Pengiriman, Penanganan dan Interogasi—mencakup 100 orang yang dijadikan tersangka “teroris” yang ditahan di “lokasi-lokasi hitam” di luar Amerika Serikat.
Di antara yang diungkap dalam laporan itu adalah seorang agen CIA menggunakan Russian Roulette (menjudikan satu selongsing peluru pada pistol revolver yang ditodongkan kepada tahanan) untuk mengintimidasi tawanan, selain teknik interograsi lain yang tak direkomendasikan seperti menggunakan bor motor.
Orang-orang yang dijadikan tersangka “teroris” itu diinterogasi dengan menggunakan metode yang disebut waterboarding atau menyiram air ke wajah seseorang yang ditutup kain sehingga orang tersebut seperti tenggelam. Juga tamparan, penghinaan, antara lain dengan ditelanjangi, ataupun dibuat merasa kedinginan dan kekurangan tidur.
Para tahanan juga dihinakan dengan menyiksa mereka dari dubur. Salah seorang di antaranya meninggal akibat hipotermia, sedangkan beberapa lainnya menderita patah tulang.
Orang-orang yang dijadikan tersangka “teroris” itu diinterogasi dengan menggunakan metode yang disebut waterboarding atau menyiram air ke wajah seseorang yang ditutup kain sehingga orang tersebut seperti tenggelam. Juga tamparan, penghinaan, antara lain dengan ditelanjangi, ataupun dibuat merasa kedinginan dan kekurangan tidur.
Namun, seperti dikutip AFP, Direktur CIA John Brennan membela pengadopsian taktik keras yang diambil semasa pemerintahan George W. Bush pasca Serangan 11 September 2001 itu.
Takut terjadi serangan, menjelang pengumuman laporan Senat AS tersebut, pengamanan berbagai fasilitas Amerika di seluruh dunia ditingkatkan. (AFP/BBC)
salam-online