Hipokrit, Charlie Hebdo Pecat Kartunis Ini karena Karikaturnya Dianggap Hina Yahudi
SALAM-ONLINE: Majalah penista Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terbit di Paris, Prancis, Charlie Hebdo, ternyata pernah memecat kartunis yang dianggap menghina Yahudi. Maurice Sinet, 86, yang bekerja di bawah nama pena Sinus, menghadapi tuduhan “menghasut kebencian rasial” untuk kolom yang ia tulis pada tahun 2009.
Pria ini pernah bekerja di Charlie Hebdo selama selama 20 tahun. Charlie Hebdo dan barat, menurut Sinet, seperti dilansir Worldbulletin, Jumat (9/16 Januari), memiliki standar ganda dalam soal kebebasan berbicara yang didewa-dewakan itu. Sine mengaku dipecat pada 2009 karena karyanya dianggap telah melecehkan Yahudi.
Ia dianggap melecehkan anak mantan Presiden Prancis Sarkozy dalam karikaturnya. Sinet dianggap menghasut dan memunculkan kebencian rasial. Ia mengejek anak Sarkozy masuk agama Yahudi demi uang. Karena itu, Sinet dituduh sebagai Anti-Semit dan menghadapi banyak tekanan. Akhirnya dia dipecat. Tetapi, majalah yang sama menerbitkan kartun yang menghina Islam dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam justru berlindung di balik “kebebasan berbicara”.
Hipokrit dan standar ganda. Memang. Ketika Charlie Hebdo menerbitkan kartun yang menghina Islam dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka bilang, itu sebagai “kebebasan berbicara” atau “kebebasan berekspresi”. Namun, jika menyinggung perasaan umat Yahudi, maka sikap Charlie Hebdo beda lagi.
Tak hanya Charlie Hebdo. Protes untuk Sinet juga datang dari Jyllands-Posten, surat kabar di Denmark yang juga pernah membuat karikatur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kala itu media yang juga dikenal anti-Islam ini turut mendesak Sinet untuk meminta maaf.
Permintaan Editor Charlie Hebdo, Philippe Val, dan Jyllands-Posten agar dia minta maaf, ditolak Sinet.
Keputusan Val untuk memecat Sinet didukung oleh sekelompok “intelektual” terkemuka, termasuk filsuf Bernard-Henry Levy, tetapi kelompok Libertarian Kiri membela dia, dengan alasan sebagai hak untuk “kebebasan berbicara”.
Ini komentar Sinet tentang Charlie Hebdo yang kembali melecehkan Islam:
“Saya bukan Charlie. Saya memang pernah bekerja untuk Charlie sebagai kartunis. Namun Pada 2009, ketika saya membuat karikatur yang menggambarkan anak Sarkozy masuk Yahudi karena alasan keuangan, Charlie meminta saya untuk meminta maaf, tapi saya menolaknya. Kemudian Charlie memecat saya karena dianggap telah menghina Yahudi.” (Worldbulletin/salam)