JAKARTA (SALAM-ONLINE): Melanjutkan aksi menuntut mundur Presiden Jokowi-JK, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) bersama gabungan Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia (SPNI) dan Aliansi Tarik Mandat (ATM) melakukan demo di depan Istana Negara, Jumat (18/9) untuk mendesak Jokowi-JK mundur.
“Kami kembali turun ke jalan menyeru rezim Jokowi untuk segera turun dari kursi jabatannya, karena sudah gagal mensejahterakan rakyat dan kami menilai Jokowi-JK sudah tidak mampu lagi memimpin Indonesia,” ujar Ketua Umum GPII Karman BM kepada salam-online di depan Istana Negara Jakarta, Jumat (18/9).
Akibat dari sentimen ekonomi, kata Karman, berakibat pada pelemahan rupiah yang kian hari semakin anjlok dan menyengsarakan rakyat.
“Angka kemiskinan semakin meningkat, pagi tadi rupiah paling lemah, sedangkan yang lain seperti yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Singapura, menguat,” tandas Karman.
Ia mengungkap berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS,) penduduk miskin periode Maret 2015, baik di perkotaan maupun dipedesaan, berjumlah 28,59 juta jiwa.
“Jika dibanding periode September 2014, angka penduduk miskin tersebut bertambah 860 ribu jiwa. Dampak dari itu peningkatan kemiskinan tersebut menjadi sentimen negatif bagi para pelaku pasar dan pelaku usaha,” tambahnya.
Menurutnya, selain ekonomi, Jokowi-JK juga gagal membangun Indonesia sebagai negara hukum. Hukum tajam ke bawah, tumpul keatas. Tunduk terhadap kekuasaan dan elit politik. Kewenangan Polri mengusut kasus korupsi juga dilemahkan.
Dalam kondisi seperti, sesalnya. Jokowi-JK tidak memiliki leadership yang kuat. Negara Indonesia menjadi negara yang multipilot.
“Presiden Jokowi tidak mampu melepaskan diri dari kepentingan elit politik dan korporat. Inilah hasil dari politik liberal yang tak sesuai dengan UUD 1945,” tegasnya.
Aksi Demo Jumat (18/9) ini, selain GPII, juga diikuti oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himmah Al-Wasliyah, PMKRI, APKLI, LSC, Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia dan Aliansi Tarik Mandat Jokowi-JK. (EZ/salam-online)