CIIA: “Kalau Ada yang Sebut Ledakan di Alam Sutra Terkait ‘Terorisme’ Jaringan Baru, Itu Ngawur”

Harits Abu Ulya-1-jpeg.image
Harits Abu Ulya

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ledakan bom di Mal Alam Sutra Tangerang bukan merupakan aksi yang dilakukan oleh gerakan radikal baru yang menebar teror bom di Indonesia.

“Jika ada statemen yang menyebutkan bahwa bom di Mal Alam Sutra bagian dari kelompok radikal baru, itu merupakan statemen ngawur yang ingin mencari panggung. Dari pihak polisi sendiri sudah menyebutkan bahwa ini motif pribadi, motif ekonomi,”ungkap Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada salam-online, Kamis (29/10).

Ledakan tersebut dinilai oleh Harits sebagai kasus bermotif pribadi yang tidak ada kaitannya dengan tindak “terorisme” yang dilakukan oleh kelompok mana pun.

“Itu persoalan pribadi terkait dengan pihak manajemen Alam Sutra. Ini tidak ada kaitannya dengan ‘terorisme’ (jaringan baru). Terlalu berlebihan kalau disebut bom. Itu bukan bom, justru petasan,” tambahnya.

Lebih lanjut Harits Abu Ulya menegaskan, bahwa kasus ledakan di Mal Alam Sutra adalah bermotif ekonomi. Menurutnya, memang ada orang yang mempunyai permasalahan dengan pihak Mal Alam Sutra.

“Ini tidak ada kaitannya dengan jaringan mana pun. Jadi, orang sakit hati sekarang bisa saja jadi teroris. Soal bagaimana bikin alat untuk menteror, itu bisa belajar dari dunia maya, yang penting buat efek teror. Jadi harus dibedakan setiap tindakan teror seperti ini, jangan melulu dikategorikan sebagai tindak terorisme (yang memiliki jaringan),” terangnya.

Baca Juga

Ia menuturkan, masyarakat perlu melihat agar jangan mudah tergiring oleh opini dengan arus propaganda.

“Antara fakta dan propaganda sering kali terjadi kesenjangan. Bisa jadi fakta itu diadakan bukan fakta sebenarnya. Banyak masyarakat digiring kepada asumsi yang tidak berpijak kepada fakta yang faktual,” tandasnya.

Perlu diingat, ujar Harits, bahwa tidak melulu tindak “terorisme” itu berasal dari keompok Islam.

“Sekali lagi, ini bukan dari jaringan ‘terorisme’. Kasus Alam Sutra bagi saya bukan bom, itu berupa petasan yang dilakukan oleh seseorang. Kalau dibilang tindakan ‘terorisme’, ini terlalu ecek-ecek,” jelas Harits.

“Kalau memang betul ‘terorisme’, ini adalah tindakan bodoh, kontra produktif. Bisa jadi ia diprovokasi untuk memainkan masalah ini. Masak petasan di tong sampah lebih besar suaranya daripada asap yang sedang melanda Kalimantan. Banyak tangan-tangan media yang memainkan hal ini,” ungkapnya. (EZ/salam-online)

Baca Juga