Ketegangan Terus Meningkat, Zionis Takut Muncul Intifadhah Ketiga
AL-QUDS (SALAM-ONLINE): Setidaknya 499 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan tentara penjajah Zionis dan pemukim Yahudi di seluruh wilayah Palestina sejak Sabtu 3 Oktober 2015 lalu, Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan kepada Ma’annews pada Senin (5/10).
Juru bicara Bulan Sabit Merah, Errab Foqoha menuturkan, setidaknya 41 warga Palestina telah ditembak dengan senjata api, 143 terluka oleh peluru baja berlapis karet, sekitar 297 warga menderita gangguan pernapasan karena tembakan gas air mata yang berlebihan, sementara 18 lainnya luka-luka dalam bentrokan fisik.
Pasukan Zionis juga telah membunuh dua warga Palestina, termasuk seorang anak berusia 13 tahun, dalam bentrokan sengit di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak Jumat (2/10) lalu.
Bulan Sabit Merah Palestina pada Ahad (4/10) menyatakan keadaan darurat di seluruh wilayah Palestina dan menyiagakan semua staf, tim dan relawannya.
Meski kecaman demi kecaman terhadap Zionis “Israel” atas pelanggaran beratnya terkait kemanusiaan terus digaungkan, termasuk seruan kepada masyarakat internasional agar mengambil langkah penting untuk mengadili penjajah itu sesuai dengan hukum internasional, namun itu tak ada artinya bagi bangsa biadab ini. Kecaman demi kecaman dan tuntutan demi tuntutan itu hanya mampir di halaman-halaman surat kabar, majalah, berita-berita online, tayangan televisi dan media sosial.
Ketegangan terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena Zionis membatasi warga Palestina untuk memasuki Masjid suci Al-Aqsha di Yerusalem Timur. Penjajah mengklaim bahwa ini adalah aksi pembalasan atas tewasnya 4 warga Yahudi yang mendorong timbulnya bentrokan baru.
Ada semacam ketakutan muncul di media Zionis bahwa Intifadhah ketiga akan segera dimulai. Harian Haaretz menulis: “Mungkin hanya akan membutuhkan satu korban (tewas) lagi dari kedua belah pihak, untuk memicu perburukan dari kondisi lingkaran setan ini”.
Namun, media “Israel” juga mengabarkan bahwa tingkat kekerasan saat ini belum mendekati seperti yang terjadi pada 1987 dan 2000, ketika kedua Intifadhah sebelumnya pecah.
Pada Ahad (4/10), kelompok PLO memperingatkan bahwa serangan tentara Zionis dan pemukim Yahudi menunjukkan pemerintah penjajah sengaja menciptakan situasi kekerasan baru dan ketidakstabilan yang memprovokasi warga Palestina untuk lepas kendali. (EZ/salam-online)
Sumber: Ma’annews