Ditolak Ormas Islam dan Warga Jakarta, Bupati Purwakarta Batal Terima Anugerah FTI di TIM
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi batal menerima anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) untuk dirinya di Taman Ismail Marzuki, Senin (28/12/2015) malam. Dedi tiba-tiba menghilang setelah beberapa orang berseragam polisi dan tentara datang ke tempat itu.
Presiden FTI Radhar Panca Dahana mengatakan pada sore hari, Dedi sebenarnya sudah hadir di lokasi acara di Graha Bakti Budaya TIM. “Tapi tadi ada tentara dan polisi datang dan sekonyong-konyong Dedi hilang,” kata Radhar saat penyerahan anugerah, Senin (28/12) malam seperti dikutip Tempo.co.
Radhar menganggap tindakan aparat yang membawa Dedi tanpa pemberitahuan itu sebagai sabotase. “Tidak kasih tahu ke tuan rumah dan hanya bilang Dedi sudah di tempat aman,” ujar Radhar.
Tindakan aparat keamanan itu diduga berkaitan dengan unjuk rasa yang digelar warga dari berbagai elemen ormas Islam yang menamakan diri Ormas Islam Seluruh Jakarta di depan pintu masuk TIM. Massa menolak kedatangan Dedi di Jakarta. Mereka menuding Dedi sebagai orang kafir dan tak layak berada di Jakarta. Massa juga memeriksa setiap mobil yang masuk ke dalam area TIM.
Dedi sedianya akan diberi penghargaan Macaenas FTI 2015. Macaenas adalah penghargaan yang diberikan pada seluruh elemen masyarakat yang tak bekerja di bidang seni tapi memberi sumbangan signifikan pada perkembangan kesenian.
Seperti dilansir Tribunnews, Senin (28/12), pemandangan berbeda di pintu masuk Taman Ismail Marzuki (TIM) terjadi pada Senin (28/12/2015) malam.
Kendaraan khususnya roda empat diminta membuka kaca mobilnya oleh sejumlah peserta aksi, di antaranya dari Front Pembela Islam (FPI), yang berdiri di depan pintu masuk TIM. Mereka melakukan aksi sweeping terhadap seluruh pengunjung TIM.
Pemimpin Aksi, Buya Abdul Majid, membenarkan pihaknya melakukan sweeping terhadap pengunjung TIM. Dikatakannya, hal itu dilakukan untuk memastikan agar Dedi tak menginjakkan kaki di Jakarta.
“Ini bukan Cuma FPI, tapi seluruh masyarakat Muslim dari Cikini, Kwitang, Kalipasir dan sekitarnya. Kami menolak menginjakkan kaki di tanah Jakarta,” kata Abdul Majid seperti dikutip Tribunnews, Senin (28/12).
“Hari ini kita berkumpul bukan untuk membubarkan acara, tapi mengusir Dedi Mulyadi,” Abdul Majid lagi seperti dikutip Kiblat.net.
Para peserta aksi berulang kali meneriakkan yel-yel penolakan terhadap Dedi Mulyadi. Mereka juga mengusung spanduk besar bertuliskan “Warga Jakarta Tidak Ridho Tanah Kelahirannya Diinjak oleh si Raja Syirik”.
“Jangan sampai Dedi Mulyadi masuk TIM,” seru Abdul Majid yang disambut pekik takbir para peserta aksi. Abdul Majid menuturkan pihaknya sudah tidak dapat mentolerir tindakan Dedi yang telah menyebarkan ajaran syiriknya di Purwakarta.
Menurut pihaknya, Dedi telah membuat seribu patung yang telah mendekati perbuatan syirik. “Kalau mau damai, stop kebijakan musyrik itu. Hancurkan patung di Puwakarta,” tegas Abdul Majid.
Sumber: Tempo.co, Tribunnews, Kiblat.net