JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Beni Pramula mengatakan, sejak marak gerakan dan pemberitaan mengenai ISIS, banyak kalangan berpendapat dan tidak sedikit media yang mengekspos bahwa ISIS sesungguhnya ada kaitannya dengan Amerika Serikat (CIA).
Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh ORB International, seperti dilansir Infowars.com, 16 September 2015, mengungkap Lebih dari 80 persen rakyat Suriah yakin bahwa Amerika Serikat dan sekutunya berada di balik penciptaan kelompok “Daulah Islam” di Irak dan Suriah.
“Jika demikian adanya maka pernyataan Pemerintah yang membenarkan bahwa aksi ‘teroris’ di Sarinah ada keterlibatan ISIS, berarti kedaulatan negara sedang terancam, karena jika menggunakan akal sehat, berbekal statemen itu, berarti sesungguhnya Amerika sudah menguasai Jakarta,” kata Beni Pramula dalam siaran persnya yang diterima redaksi, Jumat (15/1).
Jika demikian, sebut Beni, semakin menguatkan pandangan bahwa telah terjadi pembiaran terhadap aksi teror tersebut dan adegan yang dipertontonkan ke publik kemarin hanyalah drama aksi heroik aparat yang sengaja dipertontonkan seolah-olah sangat serius memberantas aksi “terorisme”.
“Jika adanya seperti itu maka dapat dikatakan otaknya adalah pemerintah Amerika yang secara tidak langsung juga mungkin bekerjasama dengan modus operandi intelijen di dalam negeri dengan tujuan untuk mengaburkan isu-isu yang lebih krusial di dalam negeri,” ungkap Beni seraya menyebut isu Freeport salah satu yang dikaburkan.
Tapi perlu juga dicermati dan diselidiki, kata Beni, bisa jadi aksi teror di kawasan Thamrin itu sebagai pengejawantahan atas ketidakpuasan terhadap kenerja pemerintah hari ini, lalu nekat berbuat teror dengan tujuan untuk menyampaikan pesan tertentu kepada pemerintah khususnya dan publik pada umumnya.
“Karena itulah saya mengatakan ISIS akan makin narsis kalau ternyata pelakunya bukan dari kelompok mereka,” tandasnya.
Sementara di sisi lain, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Anton Charliyan mengatakan, saat ini sudah beredar di media sosial informasi yang mengatakan bahwa bom Sarinah di Jalan MH Thamrin itu adalah sebagai pengalihan isu dan rekayasan TNI dan Polri.
Menurutnya, berita semacam ini berbahaya jika dibiarkan dan kemudian dikonsumsi anak-anak dan masyarakat yang kurang berpendidikan. Sejak terjadi serangan terror itu, kata Anton, penyebaran jenis informasi seperti ini mengalami peningkatan. Isinya beragam, dari yang menyatakan aksi itu rekayasa hingga menyatakan aksi itu adalah pengalihan isu. “Padahal tak mungkin rekayasa, ada korban begitu banyak,” tutur Anton seperti dikutip Tempo.co, Sabtu (16/1).
Menurutnya, jika terbukti menyebarkan informasi yang tak benar atau hoax, akan dilakukan penangkapan. Namun, jika konteksnya adalah hate speech, akan dilakukan pemanggilan terhadap yang bersangkutan. (mus)