PBB: “Blokade Warga Sipil Hingga Kelaparan, Rezim dan Milisi Asad Lakukan Kejahatan Perang”

thumbs_b_c_eb6bf601f1ec5d78ad95046d9df0db4dNEW YORK (SALAM-ONLINE): Secara sengaja membuat masyarakat sipil kelaparan melalui pengepungan seperti yang terjadi di Madaya, Suriah, bisa dinilai sebagai kejahatan perang.

Demikian ditegaskan oleh juru bicara PBB pada Rabu (13/1). Madaya, adalah salah satu kota yang dikepung oleh pasukan rezim Basyar Asad dan milisi Syiah “Hizbullah” Lebanon, sehingga rakyat sipil tidak dapat mengakses makanan dan kekurangan gizi.

“Jelas membuat kelaparan warga sipil secara sengaja melalui blokade, barikade, pengepungan bisa merupakan kejahatan perang,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan saat menjawab pertanyaan terkait kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Ini adalah apa yang kita lihat di berbagai belahan wilayah Suriah hari ini,” kata Dujarric yang dikutip kantor berita Anadolu, Rabu (13/1).

Kondisi di Madaya semakin memburuk pada saat musim dingin ini. Bahkan pasokan listrik telah diputus oleh rezim sehingga warga terpaksa membakar sisa-sisa barang yang ada di rumah mereka untuk menjadikannya alat pemanas.

Dujarric mengatakan, ada konvoi bantuan tambahan beberapa hari mendatang dalam perjalanan ke Madaya serta Kafraya dan Foua, dua kota yang terkepung lainnya di utara negara itu.

Baca Juga

“Ini adalah kewajiban bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkannya. Bantuan kemanusiaan tidak dapat digunakan untuk alasan politik dan tidak dapat dicuri. Ini diberikan kepada yang membutuhkan,” ungkapnya.

“Sayangnya kita bisa melihat di masa lalu, berbagai pihak yang terlibat dalam konflik tidak memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk. Mereka menjadikan pengepungan sebagai taktik perang,” ujarnya.

Pada Selasa (12/1), Koordinator Kemanusiaan PBB di Suriah, Yacoub El Hillo, mengatakan warga Madaya “hampir merasakan tidak ada harapan bahwa dunia peduli tentang nasib mereka”.

Konflik di Suriah akan memasuki tahun keenam pada Maret mendatang yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 400.000 orang, dan menjadikan negara itu sebagai sumber terbesar pengungsi dan orang terlantar di dunia. (EZ/salam-online)

Sumber: Anadolu

Baca Juga