Rezim Suriah Mau Hadir dalam Perundingan Damai dengan Oposisi, tapi Ini Syaratnya

Suriah-Menlu Suriah Walid al-Moallem, kedua dari kanan, bertemu utusan khusus PBB Staffan de Mistura, kedua dari kiri, di Damaskus. (Foto uncredited-AP)-jpeg.image
Menlu Suriah Walid al Moallem (kedua dari kanan), saat bertemu dengan utusan khusus PBB Staffan de Mistura (kedua dari kiri), di Damaskus. (Foto: AP)

DAMASKUS (SALAM-ONLINE): Rezim Suriah mengumumkan siap untuk menghadiri pembicaraan damai dengan oposisi di Jenewa bulan ini, namun Menteri Luar Negeri rezim Asad, Walid al-Moallem memasang syarat. Ia mengatakan Damaskus terlebih dahulu ingin melihat daftar kelompok oposisi yang dijadwalkan menghadiri perundingan damai tersebut.

Rezim Suriah, seperti dilansir The Guardian, Ahad (10/1), ingin memastikan bahwa tak ada dalam daftar oposisi tersebut dari kelompok “teroris”.

Kelompok “teroris” yang dimaksud Moallem adalah pihak-pihak yang selama ini menentang rezim Basyar Asad. Jika itu syaratnya, maka tak ada kelompok oposisi Suriah, khususnya dari kalangan Islam, yang tidak menentang Asad.

Rezim Suriah seperti dilansir The Guardian berpatokan semua orang yang berjuang untuk menggulingkan Asad adalah “teroris”. Karena itu, Moallem mengatakan, pembicaraan harus fokus pada memerangi “terorisme”. Sementara pihak oposisi ingin perundingan itu fokus pada pembicaraan mundurnya Asad yang merupakan sebagai bagian dari kesepakatan damai.

PBB mendesak kedua belah pihak untuk bertemu pada 25 Januari dalam upaya untuk mengakhiri konflik, yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 400.000 orang dan menyebabkan terjadinya krisis pengungsi besar-besaran.

Baca Juga

Konferensi di Jenewa pada 2014 gagal membawa penyelesaian, meskipun putaran ini dipandang sebagai sangat mendesak setelah dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi bulan lalu mendukung rencana transisi untuk Suriah.

Oposisi Suriah menuntut beberapa tindakan yang harus dilakukan rezim sebelum pembicaraan, termasuk membuka blokade yang dikenakan pada daerah yang dikuasai para pejuang, melepaskan beberapa tahanan dan menghentikan serangan udara.

Tak lama setelah pertemuan Menlunya rezim Asad dengan utusan khusus PBB itu, serangan udara Rusia dan rezim menghantam kota utara-barat di Maaret al-Numan, Idlib, yang menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, menewaskan setidaknya 57 orang. Jadi, siapa yang teroris? (mus)

Sumber: The Guardian

Baca Juga