BANDUNG (SALAM-ONLINE): Bagi Ridwan Kamil (RK) memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta 2017 bukan hal yang mustahil. Sebab, dulu saat mulai maju dalam pemilihan Wali Kota Bandung, “modal” elektabilitasnya hanya 6%, sementara incumbent sudah 30%.
Namun Allah berkehendak lain. Dia akhirnya menang 45% dengan determinasi dan strategi kreatif ini itu.
Dari survei terakhir di Jakarta popularitas kang Emil, sapaan akrabnya, sudah 60% dengan elektabilitas 20%. Dan ini pun didapat dengan tidak melakukan apa-apa. Belum bergerak.
Lantas mengapa Kang Emil mengambil keputusan untuk tidak maju di pilkada DKI tahun depan, di tengah banyak publik Jakarta yang berharap kepadanya?
Ia menyebut masalahnya pada batinnya. Nuraninya. “Saya belum selesai menunaikan tugas sebagai Walikota Bandung,” ujar alumnus Teknik Arsitektur ITB ini melalui akun Facebooknya, Senin (29/2).
Dengan alasan ini, ia ingin menyatakan untuk tetap memegang amanah, tidak mengkhianati amanah yang dipikulkan ke pundaknya oleh para pemilihnya di Kota Bandung sebagai wali kota. Ia ingin menyelesaikan amanah itu.
Kang Emil menuturkan, andai pilkada di Indonesia ini bisa serempak awal dan akhirnya, tentu tidak akan ada dilema seperti ini. Jika pilkada bisa serempak semua, tidak akan ada stigma pemimpin kutu loncat bagi mereka yang ingin mengabdi ke jenjang lebih tinggi.
“Dan jika mengikuti hawa nafsu dan hitungan matematika pilkada, pastilah saya tidak banyak berpikir panjang. Namun hidup tidaklah harus selalu begitu. Saya ingin bahagia tanpa mencederai. Saya ingin menang tanpa melukai,” terang Master of Urban Design University of California ini.
Ia ingin menjelaskan alasan ini, khususnya kepada publik ibu kota yang berharap ia turun ke Jakarta. Ia meminta pengertian warga Jakarta yang menginginkannya, bahwa Bandung hari ini sudah membaik, namun belum sehat betul.
“Lebay jika dibilang Bandung sudah berhasil. Bohong pula jika ada yang mengatakan Bandung tidak ada kemajuan. Dalam kurun 2 tahun ini, reformasi birokrasi Bandung sudah membaik,” bebernya.
Ia memaparkan, kinerja birokrasi di kota yang dipimpinnya, dari urutan ratusan pada tahun 2013, sekarang menerobos masuk ke urutan 1 di level nasional dengan nilai A.
“Pelayanan publik dari rapor merah sekarang urutan 4 nasional. Transparansi pemerintah sudah urutan 3 dari asalnya di ranking 17 di Jawa Barat. Itu progress,” paparnya.
Di bawah kepemimpinan sosok penerima banyak penghargaan ini pula Izin Usaha UKM dihilangkan sama sekali. Sebanyak 7000 warga miskin sudah mendapat kredit usaha tanpa bunga dan tanpa agunan. Setiap RW diberi anggaran 100 juta rupiah sebagai konsep pemerataan pembangunan. Pengangguran terbuka turun dari 10,9% ke 8%. Itu semua adalah kemajuan.
“Jadi Bandung membaik bukan hanya urusan taman, seperti yang sebagian tukang nyinyir kira,” ujarnya mengingatkan.
Secara tata kota, perbaikan trotoar dan taman kota bergerak dengan cepat. Interaksi sosial berkorelasi dengan Kebahagiaan. Karenanya Indeks Kebahagiaan naik ke 70,6 di akhir 2015. Artinya warga Bandung bahagia. Problem sampah dan jalan rusak sudah hilang dari 5 besar masalah Bandung versi survei warga.
Adipura pun hadir lagi setelah 17 tahun absen. “Namun secara jujur, Kota Bandung masih punya utang masalah, yaitu urusan pengurangan banjir dan kemacetan. Dua problem ini menjadi prioritas di sisa jabatan saya,” akunya.
Selain alasan ingin menyelesaikan amanah degan akhir yang baik (husnul khotimah), ungkap Kang Emil, yang terberat, mayoritas warga Bandung tidak mengizinkannya pergi sebelum menyelesaikan tugas.
“Di dalam kata ‘warga Bandung’, terkandung di dalamnya suara relawan yang dulu berjibaku memenangkannya saya, suara keluarga saya dan suara mentor hidup saya, yaitu ibu kandung saya, yang tidak merestui ke mana pun sebelum niat selesaikan periode pertama kewalikotaan Bandung ini tunai,” tandasnya.
“Semoga warga Bandung juga memahami. Bantu saya dengan aktif menaati aturan dan berpatisipasi aktif dalam program-program Pemkot, agar Bandung Juara berkat usaha bersama,” harapnya. (mus)
Sumber: Facebook Ridwan Kamil