Dikepung, Kelaparan dan Kedinginan, Rakyat Suriah di Madaya Menanti Uluran Tangan
DAMASKUS (SALAM-ONLINE): Situasi kemanusiaan di kota Madaya Suriah yang telah dikepung oleh rezim Basyar Asad dan milisi Syiah “Hizbullah” selama tujuh bulan terakhir terus memburuk dari hari ke hari. Penduduk lokal yang meninggal terus bertambah karena kelaparan dan kondisi cuaca yang buruk.
Terletak di barat laut ibu kota Damaskus, Madaya saat ini menjadi rumah bagi sekitar 40.000 orang yang membutuhkan bantuan karena adanya pengepungan dari rezim Suriah.
Hanya dua kali bantuan kemanusiaan yang bisa masuk ke Madaya. Pengiriman bantuan ini belum cukup untuk mencegah kematian 80 warga Madaya.
Seorang penduduk Madaya, Um Ridha, 46 tahun, ibu dari enam anak, mengisahkan tentang perjuangan keluarganya kepada kantor berita Anadolu saat melawan kelaparan dan musim dingin yang kini masih berlangsung di Suriah.
“Kami tidak punya uang dan harus mengatasi lapar dan dingin. Satu liter bahan bakar bernilai hampir 6.000 lira Suriah (kira-kira US$ 15), sementara satu kilogram kayu bakar dihargai 600 lira Suriah (sekitar US$ 1,5],” keluhnya, Rabu (3/2/).
“Aku menutupi anak-anakku dengan selimut agar tetap hangat. Aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Kami ingin PBB turun membantu kami. Kami mendesak AS, Qatar, Eropa dan Arab Saudi membantu kami,” harapnya.
Warga Madaya lainnya, Um Safa, 45, mengatakan, “Cuaca semakin dingin. Kita perlu bahan bakar untuk pemanas. Silakan kirim bahan bakar. Orang-orang sekarat karena dingin. Kami ingin jalan-jalan untuk dibuka dan pengepungan segera berakhir.”
Peristiwa serupa dirasakan Ismail Abu Kadr, 61. Warga Madaya ini mengatakan, keluarganya hanya menerima dua kilogram beras dari kiriman bantuan PBB.
“Ada tujuh orang dalam keluarga ini. Apa yang harus saya lakukan?” tanya dia.
Tak hanya Madaya. Kota Zabadani yang terletak di perbatasan Lebanon-Suriah juga dikepung pasukan rezim. Zabadani adalah benteng terakhir kelompok oposisi. Pasukan rezim mengepung Zabadani untuk menghentikan konvoi bantuan dari Lebanon.
Abdurrahman Abu Firas, 63 tahun, baru-baru ini datang ke Madaya dari Zabadani, yang terletak sekitar 10 kilometer jauhnya. Menurutnya, bantuan yang dikirim baru-baru ini oleh PBB cukup hanya untuk 10 hari.
“Aku bahkan tidak bisa menemukan kayu bakar. Orang-orang mulai membakar lemari mereka untuk bahan bakar,” katanya. “Kami hanya ingin pengepungan ini berakhir,” harapnya. (EZ/salam-online)
Sumber: Anadolu