Pamong Institute: “Asing Ingin Papua Pisah dari Indonesia, karena Provinsi Ini Sangat Kaya”

Jpeg
Bedah Tabloid Media Umat (Foto: EZ/salam-online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Direktur Eksekutif Pamong Institute Wahyudi Al Maroky mengatakan sesungguhnya yang menginginkan Papua memisahkan diri dari Indonesia berasal dari kalangan elit sendiri, terutama pihak asing.

“Yang mereka inginkan adalah Papua merdeka, pisah dari Indonesia. Kenapa begitu, karena (provinsi ini) sangat kaya. Deposit gunung emas sangat luar biasa. Itu belum lagi bicara perikanan laut. Jadi sebenarnya kekayaan alam itu hanya dikelola untuk kepentingan asing saja,” ujar Wahyudi dalam diskusi Bedah Tabloid Media Umat dengan tema ‘Separatis Papua Kian Nyata, Kenapa Dibiarkan Saja?’ di Islamic Book Fair Istora Senayan, Jakarta, Kamis (3/3).

Semangat asing dalam mengambil bagian di tanah Papua, menurut Wahyudi, tidak terlepas dari upaya Pemerintah Indonesia itu sendiri.

“Kita lihat saja bagaimana sikap pemerintah dalam menanggapi pihak asing yang mengeruk kekayaan alam di Papua. Ketika pemerintah membiarkan pihak asing mengambil kekayaan kita, ya, di situ masalahnya,” ujarnya.

Baca Juga

Mengatasi persoalan yang muncul di Papua, kata Wahyudi, perlu pendekatan kultural dan struktural. Masalah di Papua ini begitu banyak. Bahkan hampir semua bidang bermasalah, baik ekonomi, politik, hukum, hankam, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.

“Kesemuanya itu tak cukup dilakukan dengan pendekatan budaya saja atau pendekatan formal saja, tapi perlu keduanya, yakni pendekatan formal/struktural dan kultural secara bersamaan,” tandasnya.

Karena itu, lanjut Wahyudi, dalam kasus Papua ini harus segera dilakukan perubahan secara formal dan kultural. Perubahan secara formal harus dilakukan oleh instusi negara bernama pemerintah melalui institusi formalnya.

“Semua institusi pemerintah harus membuat kebijakan dan melakukan tindakan formal untuk melakukan perubahan dengan menyelesaikan berbagai masalah. Sementara pendekatan formal oleh institusi pemerintah itu haruslah memperhatikan kultur/budaya masyarakatnya,” jelasnya. (EZ/salam-online)

Baca Juga