Pengguna Medsos Kritik Dunia Lebih Peduli pada Bom Paris & Brussels ketimbang Serangan di Turki

Turkish Prime Minister Ahmet Davutoglu and his wife Sare Davutoglu pray at the site of Sunday's suicide bomb attack, in Ankara, Turkey March 17, 2016. REUTERS/Umit Bektas
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu dan istri berdoa di lokasi serangan bom bunuh diri yang terjadi pada Ahad (13 Maret 2016) malam di Ankara, Turki (Foto: Dokumentasi Reuters/Umit Bektas)

SALAM-ONLINE: Pengguna media sosial (medsos) mengritik dunia internasional yang menunjukkan simpati tidak seimbang untuk serangan teror berdarah, Selasa (22/3), di Brussels, tapi mengabaikan serangan yang baru-baru ini juga terjadi di Istanbul dan Ankara, Turki.

Serangkaian ledakan di bandara dan stasiun kereta bawah tanah di Brussels, Belgia, pada Selasa (22/3) lalu, menyebabkan 34 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Serangan di ibu kota Belgia itu langsung dikecam oleh para pemimpin dunia, juga sebagian besar pengguna saluran media sosial seperti Twitter dan Facebook. Selain itu, banyak kota-kota besar di seluruh dunia, dari Amerika Utara sampai negara-negara Timur Tengah, menunjukkan simpati dan solidaritas dengan memproyeksikan bendera Belgia pada monumen nasional maupun bangunan simbolik mereka.

Sikap tersebut adalah tanda solidaritas dan kemarahan terhadap segala macam serangan teror yang menargetkan warga sipil yang tidak bersalah. Namun, perhatian, simpati dan solidaritas yang ditunjukkan terhadap teror di Ankara dan Istanbul jauh berbeda dengan serangan tahun lalu di Paris dan, yang terbaru, ledakan di Brussels pada 22 Maret lalu.

Pada 13 Maret lalu, kelompok yang berafiliasi kepada organisasi teroris PKK berhaluan Marxisme-Leninisme dan Nasionalis Kurdi, meledakkan bom mobil di ibukota Ankara, Turki, menewaskan 35 warga sipil.

Sepekan setelah serangan Ankara, pada 19 Maret, seorang pelaku, yang diidentifikasi terkait dengan kelompok Daesh, meledakkan bom bunuh diri, di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Taksim, Istanbul, sehingga menewaskan lima orang, dan melukai 36 lainnya.

Pengguna media sosial, seperti dilansir Daily Sabah, Rabu (23/3), menyuarakan keprihatinan mereka dengan mengatakan, “Kau Paris, Kau Brussels, tetapi Kau bukan Ankara!”

Baca Juga

Pengguna Twitter Bison C. Messink (@bisonmessink) menulis: “Tidak apa-apa untuk menunjukkan respon yang berbeda dan kecaman menyusul serangan di Paris vs Brussels vs Ankara vs Kabul. Hal tersebut menampakkan sesuatu tentang kita.”

Pengguna Twitter lainnya Yasin Tuncer (@yasin__tuncer) menulis: “Apakah Anda melihat bendera Turki untuk korban Ankara dan Istanbul di Menara Eiffel, dan Lyon Bellcour Square pekan lalu?”

Sementara Humera Syamsuddin (@humsiee) menulis: “Mudah untuk melihat serangan teror di Paris & Brussels & merasakan sakit/kesedihan bagi para korban, tetapi mengapa tidak sama untuk Ankara atau Nigeria?!”

Dua artikel yang dipublikasikan di surat kabar Independent Inggris mempertanyakan dan mengritik London yang kurang simpatinya terhadap serangan teror di Turki. Yasmin Ahmed, misalnya, menulis: “Downing Street (kediaman resmi dan kantor Perdana Menteri Inggris) mengibarkan bendera Belgia dan kita men-tweet untuk Brussels, tapi di mana simpati untuk Ankara?”

Lalu, Samuel Osborne lewat tulisannya “Pengeboman Brussels: Reaksi Media sosial”, juga mengritik sikap tidak proporsional terhadap Ankara yang disebutnya sebagai bias. (EZ/salam-online)

Sumber: Daily Sabah

Baca Juga