Din: “Amerika Minta Muhammadiyah Dukung Program Deradikalisasi, Tapi Kami Tolak”

Prof Dr Din Syamsuddin-3
Prof Dr Din Syamsuddin, MA

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang saat ini menjadi Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP), Prof Dr Din Syamsuddin mengatakan bahwa semangat Muhammadiyah dalam menegakkan keadilan untuk almarhum Siyono adalah bagian dari komitmen dalam menolak “terorisme” dengan berbagai bentuknya.

“Karena ‘terorisme’ dalam pandangan Islam adalah kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan. Oleh karenanya Islam menegaskan bahwa barangsiapa yang membunuh dan menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan yang dibenarkan maka dia atau mereka bagaikan membunuh seluruh umat manusia,” papar Din Syamsuddin melalui video dalam pengajian bulanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng Raya 62, Jakarta, Jum’at (8/4) malam.

Inilah landasan Islam yang sebenarnya, kata Din. Maka, ujarnya, tidak dibenarkan jika ada yang menuduh bahwa Islam adalah agama teroris.

“Dalam Islam tidak ada akar ‘teroris’. Kita harus bersikap fair bahwa ‘terorisme’ yang terjadi di dunia sejak dulu tidak terkait dengan agama dan apalagi dikaitkan dengan satu agama,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, sejak peristiwa 11 september 2001, Amerika, Inggris dan Australia melancarkan perang melawan “terorisme”, tetapi justru mengambil bentuk (aksi) terorisme itu sendiri.

“Presiden Amerika yang mengatakan ‘war on terror’, melakukan kesalahan fatal terhadap Islam. Pertama, melakukan etribusi, mengaitkan ‘terorisme’ dengan Islam. Kedua, menjeneralisasi, jeneralisasi kelompok ‘teroris’ dengan Islam. Ketiga, membuat stigma, merusak citra Islam, khususnya oleh media barat,” terang Din.

Baca Juga

War on terror inilah yang kemudian menimbulkan aksi dan reaksi di dunia sekarang ini, sehingga memunculkan Islamofobia di kalangan masyarakat dunia.

“Oleh karena itu ‘war on terror’ sudah diakui menempuh jalan yang salah, dan Amerika sendiri mengubahnya dengan istilah ‘deradikalisasi’,” jelasnya.

Din meyakini bahwa program deradikalisasi ini adalah proyek Amerika Serikat yang memiliki kepentingan di setiap negara Muslim.

“Kami pernah menerima kunjungan dari intelijen Amerika, dalam hal ini White House, FBI, CIA. Mereka meyakinkan kami agar mau mendorong dan mendukung deradikalisasi, akan tetapi kami Muhammadiyah menolak itu,” tegas Din.

Din Syamsuddin yang dijadwalkan akan hadir pada acara pengajian bulanan Muhammadiyah itu berhalangan hadir karena sedang melakukan perjalanan menuju Wina, Austria. Din menghadiri dialog internasional di Wina. (EZ/salam-online)

Baca Juga