Pengamat Kota: “Reklamasi Berlanjut, Kerugian Terjadi, yang Untung Pribadi dan Perusahaan”

Reklamasi Teluk jakartaJAKARTA (SALAM-ONLINE): Pengamat perkotaan dari Universitas Parahyangan, Marco Kusumawijaya, menilai Jakarta tidak memerlukan penghasilan tambahan dengan membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta.

Menurut dia, rendahnya serapan anggaran DKI pada 2015, yaitu 67 persen dari total anggaran sebesar Rp67,28 triliun, menunjukkan banyak dana yang masih sangat cukup digunakan untuk rehabilitasi laut tercemar, bukan malah mereklamasi.

“Persoalannya, pemahaman tentang pentingnya rehabilitasi itu kurang karena orang tidak paham bahwa merehabilitasi lingkungan sebetulnya merehabilitasi ekonomi,” ujar dia, saat dihubungi dari Jakarta, Ahad (17/4).

Rehabilitasi yang dimaksud Kusumawijaya, adalah mengendalikan limbah yang dibuang ke sungai-sungai dan pada akhirnya bermuara ke laut utara Jakarta.

Untuk itu, menurutnya, daripada menambah luasan wilayah darat dengan reklamasi Teluk Jakarta hanya atas dalih untuk memicu pertumbuhan bisnis properti dan komersial, ia dengan tegas meminta agar laut Jakarta dipulihkan atau direhabilitasi.

Baca Juga

Pendiri Rujak Center for Urban Studies (RCUS) itu juga menolak anggapan bahwa penghentian reklamasi pulau akan berdampak pada kerugian negara karena pulau-pulau yang kini tengah dibangun akan “mangkrak”. Kata dari bahasa Jawa ini (mangkrak) memang terkenal belakangan ini.

“(Jika dilanjutkan reklamasi), Kerugian justru terjadi pada sesuatu yang kita sebut milik bersama yaitu laut. Sementara yang untung ya pribadi, perusahaan, dan pemerintah dengan rezimnya saat ini,” kata dia.

Sebelumnya pada Jumat (15/4), Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, atas kesepakatan dengan Komisi IV DPR, meminta pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta terlebih dahulu sampai memenuhi aturan perundangan yang telah disyaratkan. (s)

Sumber: Antara

Baca Juga