JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Kivlan Zen mengaku tidak setuju dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Luhut Binsar Pandjaitan, yang menilai pemakaian kaos berlambang palu-arit hanya sebatas tren anak muda.
“Polisi tegas, menteri pertahanan juga tegas. Tapi Jokowi dan Luhut bilang jangan berlebihan, malah dibilang baju trendi. Justru itu awal dari kebangkitan PKI,” ujar Kivlan dalam diskusi publik di Sekretariat Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Kepolisian Indonesia, di Jakarta, Rabu (25/5) malam.
Dia berpendapat, peristiwa penggunaan lambang yang identik dengan komunisme itu pada negara-negara Eropa masih bisa dimaklumi karena pola pikir masyarakatnya yang bisa mengerti dan memahami batas-batas idealisme satu negara.
“Kalau kita masih negara berkembang dan masih ada kecurigaan paham komunis akan bangkit lagi,” terang mantan Kepala Staf Kostrad ini.
Sebelumnya, Luhut Pandjaitan—pensiunan jenderal TNI AD dan lama berkarir di bidang intelijen, kontra intelijen dan Kopassandha TNI AD— berkomentar mengenai maraknya remaja yang mengenakan pakaian dengan atribut palu-arit dan beberapa temuan spanduk di sejumlah daerah yang menggunakam lambang serupa.
Luhut meminta agar penertiban jangan dilakukan secara berlebihan karena masih dalam proses pendalaman dan dikhawatirkan penggunaan atribut itu hanya sebagai bagian dari budaya pop atau grup musik tertentu yang menggunakan atribut serupa.
Padahal Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan Penyebaran Paham Komunisme/Marxisme-Leninisme, masih berlaku.
Selain itu, Kivlan juga menilai simposium PKI yang berlangsung beberapa waktu lalu merupakan pembiaran yang disengaja pemerintah. Ia berjanji akan mengadakan simposium tandingan dalam waktu dekat.
Pada kegiatan diskusi yang diselenggarakan di kantor Forum Komunikasi Putra Putri TNI-Polri itu, Kivlan juga memaparkan adanya pergerakan komunis gaya baru yang dia anggap tengah bersiap untuk bangkit di Indonesia.
“Kalau komunis gaya lama tampilannya sudah ada di konstitusi dan kepengurusan partai. Tapi yang gaya baru partainya tidak ada tapi orang-orangnya sudah menyusup ke tingkat pemerintahan,” ungkap Kivlan.
Sumber: Antara