SALAM-ONLINE: Selama lebih dari dua tahun militer dari aliansi kuffar telah memerangi kelompok-kelompok Islam di Benghazi, timur Libya. Banyak sudah pejuang Islam yang gugur untuk mengobarkan api perlawanan dan mempertahankan wilayah tersebut.
Didukung Prancis dan pemimpin ilegal Mesir Al-Sisi, Pasukan Khalifa Haftar melancarkan operasi militer di Benghazi, 1.000 kilometer di sebelah timur Libya, memerangi kelompok pejuang Islam.
Siapa Haftar?
Haftar adalah mantan mayor jenderal saat rezim Muammar Gaddafi berkuasa. Beberapa bulan setelah berkecamuknya pergolakan di Libya yang menewaskan Presiden Gaddafi pada 2011 lalu, Haftar membelot dari pemerintah dan melarikan diri ke Amerika Serikat.
Di AS, Haftar mendapatkan perlindungan dari pemerintahan Obama dan tinggal di sana selama beberapa tahun.
Setelah pergolakan di Libya berakhir, Haftar kembali ke negaranya, kemudian membentuk sebuah milisi yang beranggotakan mantan anak buahnya pada masa pemerintahan Gaddafi dan mendukung rezim sekuler yang berbasis di Tobruk.
Hingga kini, Haftar yang dibantu Prancis dan Al-Sisi terus mengepung dan melancarkan serangan ke Benghazi. Mengapa Al-Sisi melibatkan diri?
Sisi takut jika timur Libya (khususnya Benghazi—kota terbesar di timur Libya) dikuasai oleh pejuang Islam. Karena, jika itu terjadi, Benghazi akan dijadikan basis oleh Mujahidin Mesir untuk menyusun kekuatan dari wilayah ini. Untuk diketahui, hubungan Mujahidin Mesir dengan Mujahidin Libya sangat erat pada masa-masa revolusi dan pergolakan melawan Gaddafi.
Dalam posisi yang terus digempur oleh penguasa murtad dari dalam dan kekuatan salibis di luar Libya, inilah suara hati seorang pejuang Islam dari front Benghazi:
Biarkan mereka yang jauh dan yang dekat mengetahuinya. Biarkan hal ini tertulis di dalam lembaran sejarah. Bahwa segelintir kecil dari orang-orang yang bersabar untuk meninggalkan rumah mereka di jalan Allah demi meninggikan kalimat “Tiada yang berhak disembah kecuali Allah” dan untuk berhukum hanya dengan Syari’at Allah.
Mereka yang menggaungkan, “Aku hanya menerima Allah sebagai Penguasa dan Pembuat Undang-Undang.” Oleh karena itulah seluruh bangsa-bangsa kafir dari penguasa murtad dan kaum salibis bersatu-padu untuk menyerang mereka serta hendak memadamkan cahaya yang telah menyinari kota Benghazi.
Segelintir kecil kaum, yang telah bersabar selama lebih dari dua tahun untuk bertempur melawan aliansi lokal dan regional yang keji. Dan sekarang obor yang tengah berkobar ini mungkin akan padam. Tapi kami yakin, biar bagaimanapun, obor ini akan menyala kembali untuk menegakkan Agama Rabb Semesta Alam.
Obor ini akan menyala kembali melalui tangan-tangan generasi yang akan datang setelah kami. Generasi yang tak akan meninggalkannya sampai mereka menghidupkannya dan mengguncang tanah di bawah telapak kaki kaum salibis di Roma hingga mereka menggunakan obor ini untuk membakar bangsa kera dan babi yang menjajah Al-Quds, kemudian membebaskan semuanya dengan izin Allah.
Kami hanyalah sebuah tahapan dari tahapan kejayaan yang dilalui oleh Umat ini. Kami adalah keindahan pada keningnya, serta sebuah batu bata dari bangunannya.
Dan #MungkinTeguranYangTerakhir
Kepada Saudara-saudara kami se-akidah dan se-manhaj. Kepada setiap Muslim yang telah mengecewakan kami dan duduk diam sebagai penonton di tengah-tengah keluarganya seraya tertidur pulas… Yang asyik makan dan minum, tidak pernah bangkit walau dengan satu jari pun, sementara seluruh bangsa telah menyerang kami.
Kami katakan kepada mereka: Maafkan kami jika permintaan kami untuk mohon pertolongan telah membuat kalian sakit kepala. Waktu untuk berangkat telah tiba dan kalian tidak akan mendengar dari kami suara tangisan minta tolong atau kalimat teguran serta menyalahkan.
Maafkan kami jika telah mengganggu kalian. Pertemuan kita nanti ada di tangan Allah.
GIMF