Ratusan Massa di Utara Myanmar Bakar dan Hancurkan Masjid Hingga Rata dengan Tanah

Myanmar-Ratusan Massa di Utara Myanmar Bakar Masjid di UtaraYANGON (SALAM-ONLINE): Ratusan Massa telah membakar sebuah masjid di utara Myanmar sampai rata dengan tanah. Peristiwa itu terjadi setelah Muslim setempat menolak untuk mematuhi perintah pembongkaran masjid yang diinginkan kelompok nasionalis.

Insiden ini merupakan serangan kedua dalam satu bulan terakhir. Karenanya kelompok hak asasi manusia mendesak pemerintah Myanmar agar melakukan tindakan untuk melindungi masyarakat Muslim di negara itu.

Koran Global New Light of Myanmar melaporkan Sabtu (2/7) bahwa massa yang berjumlah sekitar 500 orang itu “memegang tongkat, pisau dan senjata lainnya” menuju bangunan di Negara Bagian Kachin pada Jumat (1/7) sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Aksi keji ini dilakukan setelah kelompok garis keras di negara itu memprovokasi dengan seruan anti-Muslim.

“Sekitar 150 orang secara paksa memasuki komplek ibadah, menyerbu bangunan, dan menduduki masjid,” kata seorang polisi setempat kepada kantor berita Anadolu melalui telepon, Jumat (1/7) malam.

“Setelah mereka masuk, kepala polisi memutuskan untuk tidak menghentikan tindakan anarkis mereka karena hanya ada sekitar 50 petugas polisi yang hadir,” ujarnya.

Sumber meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.

Pada 17 Juni sebelumnya, anggota organisasi nasionalis Buddha Ma Ba Tha menuduh warga Muslim di Le Pyin membangun masjid ilegal. Mereka mengancam untuk menghancurkan masjid itu kecuali pihak yang bertanggungjawab atas bangunan tersebut merobohkannya sebelum 30 Juni.

Menurut Global New Light of Myanmar dalam laporannya, otoritas setempat telah memberi perintah pembongkaran setelah negosiasi dengan pihak penanggungjawab masjid itu gagal.

Pada Kamis (30/6), Ketua Masjid, Thein Aung, mengatakan kepada Anadolu bahwa perintah pihak berwenang tidak mengacu kepada masjid, tetapi bangunan lain di komplek tersebut.

Baca Juga

“Dua bangunan baru dibangun oleh perusahaan konstruksi di komplek masjid selama pembangunan jembatan, satu untuk penyimpanan bahan bangunan dan lainnya untuk digunakan oleh pekerja konstruksi—dan perusahaan menyumbangkan bangunan itu ke masjid setelahnya,” terang Thein Aung kepada Anadolu melalui telepon.

Dia mengatakan bahwa di bawah tekanan kelompok nasionalis, Muslim lokal hanya memiliki sedikit pilihan selain meruntuhkan dua bangunan baru pada 19 Juni, bersama dengan sebuah rumah yang digunakan oleh imam masjid, yang sudah berdiri di lokasi selama beberapa dekade.

“Kami tidak ingin ada masalah. Oleh karena itu kami memutuskan untuk melakukannya,“ dia menggarisbawahi.

Namun, organisasi nasionalis Ma Ba Tha kemudian mengeluarkan ultimatum pada 20 Juni dan memerintahkan agar masjid juga dibongkar pada akhir Juni.

“Ini benar-benar tidak dapat diterima. Masjid sudah ada sejak tahun 1988,“ kata Thein Aung. ”Kita tidak bisa melakukan itu,” ungkapnya kepada kelompok nasionalis.

Media pemerintah melaporkan Sabtu bahwa langkah-langkah telah diambil untuk menekan kelompok yang terlibat dalam serangan itu, namun polisi belum mengidentifikasi satu pun tersangka.

Pada Jumat (1/7) lalu, Utusan Khusus PBB tentang Myanmar, Yanghee Lee, menyatakan keprihatinan yang mendalam kepada wartawan atas meningkatnya serangan anti-Muslim di Myanmar pada akhir 12 hari perjalanannya di wilayah tersebut. (EZ/salam-online)

Sumber: Anadolu

Baca Juga